KEPEMIMPINAN STRATEGIK
KETRAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI
OLEH STRATEGIC
LEADER
Oleh:
REZA FAHRUDIN
HAKIM (13080574023)
FAKHRI RIFQI D (13080574106)
RACHMAWATI TUS S (13080574109)
DOVI AGFAN PRAYOGATAMA (13080574163)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2016
KETRAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI OLEH STRATEGIC LEADER
Berbicara mengenai strategic leadership, tentu erat kaitannya dengan manajemen yang
lebih mengandalkan keterampilan konseptual yang tinggi. Meski begitu pada
kenyataannya ternyata masih ada pekerja/manajer tingkat atas menyepelekan dan
tidak fokus dalam tugasnya. Perlu diketahui, efektivitas dan nilai dalam setiap
gerakan ataupun strategi seorang pemimpin tentunya tergantung kepada totalitas
yang di terapkan berdasarkan pengetahuan dasar mengenai metode kepemimpinan
yang efektif. Terlebih jika gaya kepemimpinan seseorang lebih cenderung kedalam
pola yang lebih strategis, untuk itu mutlak dalam prakteknya agar sang manajer
mengetahui apa-apa saja yang akan meningkatkan gaya kepemimpinan strategisnya,
karena walau bagaimanapun tindakan yang benar selalu berasal dari pengetahuan
dan fakta.
Dengan
mengacu hal diatas, berikut ketrampilan yang harus dimiliki oleh strategic leader dalam beberapa aspek,
yang diantaranya:
A. PERUMUSAN STRATEGI (Planning)
George R. Terry dalam bukunya Principles
of Management (Sukarna, 2011: 10) mengemukakan tentang Planning sebagai
berikut, yaitu:
“Planning is the selecting
and relating of facts and the making and using of assumptions regarding the
future in the visualization and formulation to proposed of proposed activation
believed necesarry to accieve desired result”.
“....Perencanaan
adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang
dengan jalan menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.”
Tahapan
manajemen strategik diawali dengan perumusan strategi. Perumusan strategi
adalah proses memilih Pola Tindakan Utama (strategi) untuk mewujudkan visi
organisasi. Proses pengambilan keputusan untuk menetapkan strategi seolah
merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi-tujuan jangka
panjang-swot-strategi. Kenyataannya perumusan strategi dapat dimulai dari mana
saja, bisa dimulai dari SWOT atau bahkan dari strategi itu sendiri. Namun yang
terpenting, pilihan strategi akhirnya harus
saling sesuai dengan Peluang-Ancaman yang ada, Kekuatan-Kelemahan yang dimiliki
dan Tujuan (misi-visi-goal) yang ingin dicapai.
Menururt
Hariyadi
Perumusan strategi merupakan proses penyusunan
langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi
organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang
strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value
terbaik. (Hariadi, 2005 Indriyo, Gitosudarmo,2001. Manajemen strategis.
Yogyakarta:BPFE).
Beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan dalam
merumuskan strategi, yaitu:
a)
Mengidentifikasi lingkungan yang
akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan
untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.
b)
Melakukan analisis lingkungan
internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan
ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya.
c)
Merumuskan faktor-faktor ukuran
keberhasilan (key success factors) dari strategi-strategi yang dirancang
berdasarkan analisis sebelumnya.
d)
Menentukan tujuan dan target
terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan
sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.
e)
Memilih strategi yang paling sesuai
untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang. (Hariadi, 2005).
Proses manajemen strategik diawali dengan perumusan
strategi. Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan
visi organisasi, melalui misi, strategi dirumuskan melalui tujuh tahap utama
berikut ini:
1)
Identifikasi lingkungan yang akan
dimasuki oleh perusahaan di masa depan.
2)
Penentuan misi, visi, keyakinan
dasar, nilai dasar dan tujuan ( goals)
3)
Analisis SWOT ( strenght, weaknesses,
opportunity and threaths)
4)
Analisis portofolio
5)
Perumusan peluang dan masalah utama
6)
Identifikasi & evaluasi
alternatif strategi
7)
Perumusan strategi (Edi Purwanto)
Disamping perumusan strategi, manajemen strategi juga
mencakup implementasi strategi, yang terdiri dari lima tahap utama:
1)
Perencanaan strategik
2)
Penyusunan program
3)
Penyusunan anggaran
4)
Implementasi
5)
Pemantauan
Strategi digunakan untuk menyediakan customer value
terbaik guna mewujudkan visi organisasi. Di masa lalu, strategi perusahaan
lebih dipacu untukp menghadapi pesaing, sehingga perhatian manajemen tidak
difokuskan untuk menghasilkan value terbaik bagi customer. Untuk mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya, perusahaan harus mampu berbeda
(disinct)dari pesaing. Oleh karena itu perusahaan harus mampu menghasilkan
value terbaik bagi customer, agar produk dan jasa mereka yang dihasilkan di
perusahaan dipilih oleh customers.
B. IMPLEMENTASI STRATEGI (Actuating)
Menurut George R. Terry
dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 82) mengatakan
bahwa:
“Actuating is setting all
members of the group to want to achieve and to strike to achieve the objective
willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts.”
“....Penggerakan
adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya
berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta
serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.”
Kepemimpinan berkaitan
dengan proses mempengaruhi orang
lain sehingga
mereka dapat mencapai
sasaran dalam keadaan tertentu. Kemampuan dan ketrampilan
kepemimpinan (leadership) untuk
mengarahkan merupakan faktor
penting dalam
efektifitas manajer.
Banyak terjadi organisasi bisnis yang tampaknya akan bangkrut,
kemudian mendapat
kekuatan baru ketika pimpinan puncaknya diganti. Untuk menunjang
keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi perusahaan
tentunya membutuhkan
seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi
manajemen.
Manajemen adalah suatu
faktor kemanusiaan, mengikat suatu kelompok bersama dan memberi
motivasi untuk tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan organisasi sebelumnya. Dua permasalahan utama
yang
terkait
dengan
kepemimpinan
dalam
manajemen strategik
adalah: 1) Kemampuan apa yang harus dimiliki oleh pemimpin
strategik dalam hal ini
adalah peran CEO (chief exceutive
officier) dan 2) Siapa yang pantas menjadi pemimpin atu penunjukkan
manaer-manajer kunci.
Peran CEO
Dalam konteks manajemen strategik, kepemimpinan merupakan elemen
kunci
dari implementasi
strategi. Oleh karena itu, pada bagian ini akan diuraikan secara khusus
tentang
kepemimpinan
strategis
dalam
perusahaan.
Kepemimpinan strategis dapat
diartikan sebagai suatu
kemampuan mengantisipasi, memiliki visi,
mempertahankan
fleksibilitas, dan
memberi kuasa kepada orang-orang lain untuk menciptakan perubahan
strategis yang perlu.
Kepemimpinan strategis menuntut kemampuan mengakomodasi dan
mengintegrasikan
kondisi-kondisi
eksternal maupun internal dan kemampuan untuk
mengelola ambiguitas dan terlibat dalam
pemrosesan informasi yang kompleks. Melalui kepemimpinan strategis
yang efektif,
organisasi diharapkan
mampu memanfaatkan proses manajemen strategis dengan sukses.
Pemimpin-pemimpin
strategis yang efektif juga harus mampu
mengambil keputusan berani, namun pragmatis, yang sesuai
dengan kondisi internal dan eksternal perusahaan. Ketika
mengambil keputusan berat, pemimpin strategis yang efektif meminta
masukan dari rekan-rekan
dan karyawannya tentang bobot keputusan mereka melalui
komunikasi timbal balik.
Sementara itu, tanggung jawab utama implementasi strategi
yang efektif terletak
pada pemimpin puncak sebuah organisasi, yaitu CEO.
Dalam
perusahaan-perusahaan yang bersaing di pasar global, banyak pemimpin
strategis berusaha
memperjuangkan inovasi. Gaya manajemen CEO dapat mempengaruhi
tingkat kinerja dari
perusahaannya. Selain itu, manajer
tingkat menengah harus membangun koalisi efektif diantara rekan-rekan
dan bawahan mereka dan
dengan
manajer tingkat lebih
atas untuk mendapatkan dukungan. Untuk mencapai tingkat inovasi
yang diharapkan, maka
perusahaan harus memiliki tim manajemen
puncak yang berpendidikan tinggi dan dengan keahlian fungsional yang lebih
beragam.
Kemampuan dan
pengetahuan kepemimpinan pada
masing-masing CEO sangatlah bervariasi. Alasannya, mereka tentu
berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda dan
pengalaman yang berbeda pula. Sehingga sulit bagi perusahaan
untuk menemukan
seorang pemimpin yang secara totalitas
memenuhi tingkat pengetahuan dan ketrampilan yang ada.
Pelaksanaan Kepemimpinan Strategis
Tugas penting yang diemban oleh seorang pemimpin tidak hanya
menyangkut pengarahan orang-orang yang ada dalam perusahaan. Akan
tetapi juga menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat strategis.
Masing-masing tugas strategis yang dilaksanakan oleh
pemimpin strategis meliputi:
1. Menentukan arah strategis
Menentukan arah strategis perusahaan mengacu pada pengembangan
pendapatan jangka panjang tujuan
strategis perusahaan
yang
secara normalnya menjangkau pandangan
perusahaan paling tidak
5 sampai 10 tahun ke depan. Pandangan ini mencakup strategi,
desain organisasi, dan
subsistemnya, yang meliputi perencanaan, dan sistem informasi
dan pengendalian.
2.
Memanfaatkan dan mempertahankan kompetensi inti
Pemimpin-pemimpin strategis (manajemen puncak/CEO)
harus dapat mengambil suatu keputusan yang dimaksudkan untuk membantu
perusahaan mengembangkan, mempertahankan, memperkuat, mendongrak,
dan
memanfaatkan kompetensi
inti.
Kompetensi inti
berkaitan dengan kemampuan funsional perusahaan, seperti manufaktur,
keuangan, pemasaran,
penelitian dan pengembangan ekonomisnya.
3. Mengembangkan modal manusia.
Dalam pandangan para CEO, karyawan merupakan sumber utama
keunggulan bersaing perusahaan. Modal manusia mengacu pada pengetahuan
dan kemampuan tenaga kerja perusahaan. Salah satu sarana untuk mengembangkan
modal manusia adalah melalui program pelatihan dan pengembangan.
Program pengembangan manajemen dapat
membantu menambah nilai
inti dan pandangan sistematis perusahaan.
4. Mempertahankan budaya perusahaan yang efektif
Dalam hal ini, pemimpin-pemimpin strategis harus mengembangkan dan
mempertahankan budaya
perusahaan yang tepat yang nantinya dapat menumbuhkan
semangat wirausaha,
mengembangkan dan membantu visi jangka panjang, dan menciptakan penekanan
pada tindakan strategis yang dikaitkan dengan produksi barang
dan jasa berkualitas
tinggi. Budaya perusahaan adalah seperangkat ideologi kompleks,
simbol, dan nilai yang
dimiliki bersama dalam perusahaan dan yang mempengaruhi cara
perusahaan itu menjalankan usahanya. Budaya perusahaan
membantu mengatur dan mengontrol perilaku karyawan.
5. Menanamkan etika bisnis
Tugas CEO atau manajer terkait dalam hal ini adalah merekrut
karyawan yang
mempunyai nilai-nilai
etis yang cocok dengan nilai perusahaan. Dengan melakukan hal
ini, mereka lebih
mungkin untuk memiliki karyawan yang terlibat dalam praktek etika.
Akhirnya, manajer harus
dapat menghargai perilaku karyawan yang sesuai dengan etika
dalam perusahaan.
6. Mengembangkan pengendalian strategis
Penggunaan pengendalian
strategis yang efektif oleh CEO sering dipadukan dengan
otonom yang tepat di
berbagai sub-unit sehingga dapat memperoleh keunggulan bersaing
pada masing-masing pasar.
Selain itu, otonomi
yang diberikan memungkinkan fleksibilitas dan
inovasi yang perlu untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang
pasar tertentu.
Akibatnya, pemimpin strategis mengembangkan penggunaan pengendalian
strategis dan otonomi
yang serentak.
C. PENGAWASAN STRATEGI (Controlling)
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengawasan
merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu
organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan, dan suatu pengawasan
dikatakan penting karena tanpa adanya pengawasan
yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Suatu organisasi akan berjalan terus dan
semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya
orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang
telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin penting dalam
setiap organisasi.
Mengapa pengawasan itu bisa dikatakan penting karena:
1.
Berbagai
perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat
dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, di ketemukannya bahan baku
baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer
mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang
diciptakan perubahan yang terjadi.
2.
Semakin besar
organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus
diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan
fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3.
Bila para
bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi
kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4.
Bila manajer
mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang.
Satu-satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan
tugasnya adalah dengan mengimplementasikan
sistem pengawasan.
5.
Adanya pembandingan
penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan
koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Jadi pengawasan dirasa sangat dibutuhkan
dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada
pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal
dari bawahan maupun lingkungan. Pengawasan
menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi
yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya
tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan
suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan
secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan
wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan
disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi
dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
ANALISIS CONTOH
KASUS YANG TIDAK SESUAI DENGAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN
1.
Penurunan kualitas pelayanan publik (teridentifikasi dari adanya
keluhan pelanggan / masyarakat) seperti misalnya:
a.
Beredarnya produk-produk makanan yang kurang memperhatikan standar
kesehatan.
b.
Banyak beredarnya obat-obat palsu, pemalsuan produk-produk kosmetik, pemalsuan alat kesehatan dsb.
Masalah ini sudah seharusnya menjadi tugas
kita bersaman tidak hanya Pemerintah saja kita
sebagai masyarakat juga harus peka terhadap lingkungan sekitar, untuk masalah kesehatan sebaiknya kita
harus berhati-hati dalam membeli produk-produk
makanan, kosmetik, kesehatan dsb, agar lebih amannya kita dapat membelinya di tempat-tempat yang sudah terpercaya
hindari belanja di toko-toko atau warung-warung
kecil usahakan membeli obat di apotk. Dan tugas pemerintah adalah mengatur, membina dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan. Diantara upaya
kesehatan itu antara lain adalah pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan zat adiktif dan pengamanan
makanan dan minuman. Pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan
oleh penggunaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, kemanan dan kemanfaatan.
Pemerintah melakukan pembinaan terhadap
semua kegiatan yang berkaitan dengan
penyelenggaraan upaya kesehatan disamping Pemerintah yang memberikan izin terselenggaranya sarana kesehatan.
Pemerintah juga melakukan pengawasan terhadap
semua kegiatan yang berkaitan dengan penyeleggaraan upaya kesehatan dan atau sarana kesehatan baik yang
dilakukan oleh Pemerintah maupun masyarakat.
Pemerintah berwenang mengambil tindakan administrative terhadap tenaga kesehatan dan atau sarana kesehatan
yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-undang Kesehatan ini.
2. Berkurangnya kas
perusahaan, biaya yang melebihi anggaran dan adanya penghamburan
maupun inefisiensi dalam suatu perusahaan atau organisasi serta terjadi
penurunan pendapatan atau profit suatu perusahaan.
Hendaknya suatu perusahaan melakukan
analisa laporan keuangan dengan benar karena
analisis keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu
mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan
kinerja perusahaan pada masa mendatang. Agar
biaya yang keluar tidak memenuhi anggaran dan lebih afektif dan efisian maka suatu perusahaan atau
organisasi harus menerapkan fungsi perencanaan dan
pengawasan dengan sebaik-baiknya. Dengan menetapkan pekerjaan yang sudah
dilakukan, menilai dan mengoreksi agar pelaksanaan pekerjaan itu sesuai dengan rencana semula.
3. Ketidakpuasan pegawai
(seperti misalnya adanya keluhan pegawai, produktifitas kerja yang menurun, dan
lain sebagainya), tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik, dsb.
Usahakan hubungan antara manager dan
bawahan harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan dua (2) arah antara
manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana
manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan
bawahannya. Bila ada hubungan harmonis
seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan
perusahaan. Jika kebanyakan anggota
organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut
sebelum menjadi kritis. Pengawasan yang
dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap
pelaksanaan rencana, sehingga pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru
dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya
pelaksanaan suatu
rencana dan pegawaipun bisa bekerja
dengan baik dan memuaskan.
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan
ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure
desired results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala
aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The
process of ensuring that actual activities conform the planned activities.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak
manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang
direncanakan”.
Sedangkan menurut Basu Swasta
“Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat
memberikan hasil seperti yang diinginkan”.
Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan
perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan
terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik
untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan
balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah
ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut,
serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa pendapat tersebut
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan
sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan
yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh
mana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang
terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya
menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana
pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih
atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen,
pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai:
“Pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit
organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan.”
Atau
“Suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat
memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat
segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”
Sementara itu, dari
segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai “Proses kegiatan
yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu
dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”
Hasil pengawasan ini harus dapat
menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan
penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks membangun manajemen
pemerintahan publik yang bercirikan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek
penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam
konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri. Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik,
pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi
warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem
pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external control). Di samping mendorong adanya pengawasan
masyarakat (social control).
Metode-metode pengawasan bisa
dikelompokkan ke dalam dua bagian; pengawasan nonkuantitatif dan pengawasan
kuantitatif.
1) Pengawasan Non-kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan
angka-angka dapat digunakan untuk
mengawasi prestasi organisasi secara
keseluruhan.
Teknik-teknik yang sering digunakan
adalah:
a.
Pengamatan (pengendalian dengan observasi).
Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan
kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
b.
Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur
dilakukan secara periodic denganmengamati kegiatan atau produk yang dapat
diobservasi.
c.
Laporan lisan dan tertulis, Laporan lisan dan
tertulis dapat menyajikan informasi yg dibutuhkan dengan cepat disertai dengan
feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
2)
Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka
untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam
pengawasan kuantitatif adalah:
a.
anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal,
anggaran penjualan, anggaran kas, anggaran
khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base
budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (HRA)
Sasaran
pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana
atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
a.
Mengarahkan atau
merekomendasikan perbaikan;
b.
Menyarankan agar
ditekan adanya pemborosan;
c.
Mengoptimalkan
pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.
D. PENGELOLAAN ORGANISASI SELAMA PROSES ORGANISASI
BERJALAN (Organizing)
Pengorganisasian yang juga disebut pengelolaan
organisasi tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain
dan tanpa menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George R. Terry dalam bukunya Principles
of Management (Sukarna, 2011: 38) mengemukakan tentang organizing sebagai
berikut, yaitu:
“Organizing is the
determining, grouping and arranging of the various activities needed necessary
forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen
activities, the providing of suitable physical factors of enviroment and the
indicating of the relative authority delegated to each respectives activity.”
“...Pengorganisasian
ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan,
penempatan orang-orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini, penyediaan
faktor-faktor fisik
yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap
kegiatan yang diharapkan.”
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, terdapat
berbagai ketrampilan yang harus dimiliki oleh strategic leader dalam pengelolaan organisasi selama proses
organisasi berjalan, diantaranya sebagai berikut:
Pengelolaan organisasi
dilakukan dengan:
1. Penentuan sumber
daya-sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi
2. Perancangan dan
pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja yang akan dapat “membawa” hal-hal
tersebut kearah tujuan,
3. Penugasan tanggung
jawab tertentu dan kemudian,
4. Pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan
tugas-tugasnya.
Fungsi
ini menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagian dan
dkoordinasikan. Pemimpin perlu mempunyai ketrampilan untuk:
ü
Mengembangkan (dan
kemudian memimpin) tipe organisasi yang sesuai dengan tujuan, rencana dan
program yang telah ditetapkan. Perbedaan tujuan
akan membutuhkan jenis organisasi yang berbeda pula.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi itu penting adanya.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi akan kembali
pada bagaimana kepemimpinan dalam organisasi itu sendiri. Semakin tinggi
kedudukan seorang pemimpin dalam suatu organisasi, maka semakin dituntut
kemampuannya baik secara konseptual maupun ketrampilannya dalam memimpin
organisasi. Bagaimana pemimpin dalam melakukan perencanaan, mengorganisasikan,
menggerakkan dan melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap setiap kegiatan
yang ada. Kepemimpinan yang baik dan optimal akan membuat organisasi maju dan
berkembang demi pencapaian tujuan dan membentuk suatu organisasi yang
berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar