KEPEMIMPINAN STRATEGIK
MOTIVASI, KEPUASAN DAN KINERJA
Oleh:
REZA FAHRUDIN
HAKIM (13080574023)
FAKHRI RIFQI D (13080574106)
RACHMAWATI TUS S (13080574109)
DOVI AGFAN PRAYOGATAMA (13080574163)
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
memberikan kesehatan, pikiran dan ketabahan di dalam menyusun tugas mata kuliah
kepemimpinan strategik dengan judul “Motivasi,
Kepuasan dan Kinerja”. Di
dalam pengerjaan tugas ini, penulis
sering mengalami kesulitan, namun berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak,
segala kesulitan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas ini baik bantuan yang berupa
dorongan, semangat, maupun bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
analisis kasus ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Dewie
Tri Wijayati Ms.i
selaku dosen mata kuliah kepemimpinan strategik.
2. Teman-teman Manajemen Sumber Daya
Manusia kelas A 2013 yang telah memberikan masukan dalam pengerjaan tugas ini.
3. Semua pihak yang terlibat langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tugas ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam tugas ini. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi tercapainya kesempurnaan
pada tugas ini. Serta penulis berharap
semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberikan manfaat.
Surabaya, 13 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
........................................................................................ i
DAFTAR ISI
...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A.
LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B.
RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
C.
TUJUAN ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
Definisi Motivasi, Kepuasan dan Kinerja .......................................................... 3
Proses
Mempengaruhi Pengikut ........................................................................ 5
Hierarki Kebutuhan Maslow ............................................................................. 6
Pengaruh Target Kinerja Terhadap Motivasi ..................................................... 8
Pengaruh Imbalan dan Hukuman Terhadap Motivasi ........................................ 9
Pemberdayaan Motivasi .................................................................................... 10
Kepuasan Global, Faset, dan Hidup
................................................................. 16
Teori
Dua Faktor Herzberg ................................................................................ 17
Keadilan Organisasi .......................................................................................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20
SIMPULAN ...................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Era globalisasi mempunyai dampak dalam dunia usaha.
Globalisasi menimbulkan persaingan yang ketat diantara perusahaan-perusahaan
untuk mendapatkan pangsa pasar yang dibidiknya. Dengan adanya globalisasi maka
dunia usaha mau tidak mau didorong untuk mencapai suatu organisasi perusahaan
yang efektif dan efisien. Keefektifan dan keefesienan dalam suatu perusahaan
sangat diperlukan agar perusahaan dapat memiliki daya saing maupun keunggulan
lebih dari para pesaing, sehingga perusahaan dapat bertahan dalam dunia
persaingan yang ketat.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
didorong oleh suatu kekuasaan dalam diri orang tersebut, kekuatan pendorong
inilah yang disebut motivasi. Motivasi kerja karyawan dalam suatu organisasi
dapat dianggap sederhana dan dapat pula menjadi masalah yang kompleks, karena pada
dasarnya manusia mudah untuk dimotivasi dengan memberikan apa yang menjadi
keinginannya. Masalah motivasi kerja dapat menjadi sulit dalam menentukan
imbalan dimana apa yang dianggap penting bagi seseorang karena sesuatu yang
penting bagi seseorang belum tentu penting bagi orang lain.
Perusahaan yang siap berkompetisi harus
memiliki manajemen yang efektif. Selain motivasi, untuk meningkatkan kinerja
karyawan dalam manajemen efektif memerlukan dukungan karyawan yang cakap dan
kompeten di bidangnya. Di sisi lain pembinaan para karyawan termasuk yang harus
diutamakan sebagai aset utama perusahaan. Proses belajar harus menjadi budaya
perusahaan sehingga keterampilan para karyawan dapat dipelihara, bahkan dapat
ditingkatkan. Dalam hal ini loyalitas karyawan yang kompeten harus
diperhatikan.
Salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas
karyawan adalah kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional karyawan yang terjadi
maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dan
perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang
diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
definisi dari motivasi, kepuasan dan kinerja?
2. Bagaimana
motivasi dan kepuasan mempengaruhi kinerja?
3.
Bagaimana imbalan dan hukuman mempengaruhi
motivasi?
C.
TUJUAN
1. Untuk
mengetahui definisi dari motivasi, kepuasan dan kinerja.
2. Untuk
mengetahui pengaruh motivasi dan kepuasan terhadap kinerja.
3.
Untuk mengetahui pengaruh imbalan dan hukuman
terhadap motivasi.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB 9 (BUKU LEADERSHIP)
MOTIVASI,
KEPUASAN, DAN KINERJA
Kemampuan
memotivasi orang lain merupakan keahlian kepemimpinan dasar dan memiliki
hubungan kuat dengan usaha membangun kelompok yang kompak dan berorientasi pada
target,serta usaha memeroleh hasil dari orang lain.
Menciptakan
pengikut bermotivasi tinggi dan puas terutama bergantung pada pemahaman
terhadap orang lain. Maka dari itu, meski motivasi merupakan bagian penting
dari kepemimpinan layaklah untuk memuatnya dalam bagian ini,yang berfokus pada
pengikut.
Mendefinisikan Motivasi, Kepuasan, dan Kinerja
Kemampuan
pemimpin untuk memotivasi pengikutnya sangatlah penting ,baik bagi moral maupun
kinerja dari kelompok kerja. Tetapi penggunaan teknik motivasi oleh pemimpin
bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi kinerja kelompok. Memilih orang
yang tepat untuk kelompok, memiliki sifat pribadi yang tepat serta
cerdas,memiliki sumber-sumber daya yang diperlukan,serta mengembangkan keahlian
pengikut merupakan faktor kepemimpinan lain yang memengaruhi kemampuan suatu
kelompok untuk mencapaii tujuannya. Kebanyakan peneliti mendefinsikan motivasi
sebagai apapun yang memberikan tujuan, intensitas,dan kegighan pada perilaku.
Karenanya, motivasi terlibat kapanpun seseorang memilih untuk terlibat dalam
suatu kegiatan atau tugas,mengerahkan sejumlah usaha dalam kegiatan tersebut,
dan bertahan untuk waktu tertentu di dalamnya.
Kinerja, disisi lain, berkaitan dengan perilaku
kearah pencapaian tujuan atau misi organisasi, atau produk dan jasa yang
dihasilkan dari perilaku tersebut. Kinerja berbeda dengan ke efektifan, yang
secara umum melibatkan membuat penilaian mengenai memadainya perilaku dalam
hubungannya dengan kriteria tertentu,seperti tujuan organisasi atau kelompok
kerja. Kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor.Kepandaian, keahlian, dan
ketersediaan sumber daya kunci dapat memengaruhi perilaku pengikut dalam
pencapaian tujuan organisasi (dengan kata lain,kinerja) terlepas dari tingkat
motivasi seseorang. Karenanya, motivasi yang memadai mungkin penting, tetapi
itu saja tidak cukup untuk menghasilkan kinerja yang efektif.
Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras
atau seberapa baik seseorang bekerja,melainkan seberapa jauh seseorang menyukai
pekerjaan tertentu. Kepuasan kerja berhubungan dengan perasaan atau sikap
seseorang mengenai pekerjaan itu sendiri,
gaji, kesempatan promosi atau pendidikan, pengawasan, rekan kerja, beban
kerja, dan lain-lain. Penelitian juga menunjukan orang-orang yang lebih puas
dengan pekerjaan lebih cenderung terlibat dalam perilaku warga organisasi.
Perilaku yang secara tidak langsung diarahkan pada pekerjaan seseorang, tetapi
membantu orang lain di tempat kerja.
Kini banyak pemimpin menghadapi tantangan
untukmecapai tujuan tim yang semakin sulit sementara pengikut yang tersedia
untuk melakukan pekerjaan semakin sedikit. Pemimpin dan organisasi terbaik
memahami salah satu cara menghadapi tantangan ini adalah dengan merekrut,
mengembangkan,dan mempertahankan talenta kepemimpinan dan teknis terbaik.
Pemimpin terbaik mungkin mereka yang dapat memotivasi para pekerja untuk
mencapai kinerja yang tinggi dan pada saat yang sama mempertahankan tingkat
kepuasan kerja yang sama tingginya. Terlepas dari daya tarik untuk meyakini
bahwa pekerja yang puas biasanya memiliki kinerja lebih baik,kepuasan hanya
memiliki pengaruh tidak langsung terhadap kinerja. Meski demikian, memiliki
pekerja yang puas dan memiliki kinerja yang baik adalah tujuan yang harus berusaha
dicapai oleh para pemimpin.
Memahami dan Memengaruhi Motivasi Pengikut
Pemimpin yang mengetahui berbagai teori
motivasi lebih cenderung memilih teori yang tepat untuk pengikut dan situasi
tertentu, dan sering kali mereka memeroleh pekerja dengan kinerja yang baik dan
lebih puas sebagai hasilmya.
Hierarki Kebutuhan Maslow: Bagaimana Konteks
Memengaruhi Motivasi?
Satu cara membuat pengikut terlibat dan terus
melakukan perilaku tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kelompok
adalah dengan menarik kebutuhan mereka. Kebutuhan mengacu pada tekanan atau
dorongan internal,atau rasa kekurangan yang tidak nyaman yang membuat orang
termotivasi untuk mengubahnya. Menurut Maslow, orang-orang termotivasi oleh
lima jenis kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah kebutuhan
bertahan secara psikologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan berhubungan dengan
orang lain (rasa memiliki), kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi
diri. Konseptualisasi kebutuhan Maslow biasanya digambarkan dalam bentuk
segitiga dengan lima level kebutuhan yang disusun dalam hierarki kebutuhan.
Menurut
Maslow, perilaku dapat dipahami sebagai usaha yang bertujuan untuk memenuhi
level kebutuhan tertentu dalam hierarki. Level yang memengaruhi perilaku
seseorang pada waktu tertentu tergantung pada apakah kebutuhan-kebutuhan yang
lebih rendah pada hierarki telah terpenuhi. Menurut Maslow, kebutuhan level
rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan pada level yang lebih
tinggi tampak kentara dalam memotivasi perilaku. Karena itu, jika praktisi
kepemimpinan ingin menggunakan hierarki kebutuhan Maslow untuk memotivasi
pekerja agar bekerja lebih keras, mereka perlu menentukan posisi pengikut
mereka dalam hierarki kebutuhan dan memastikan semua kebutuhan tingkat rendah telah
terpenuhi sebelum beranjak ke kebutuhan harga diri atau aktualisasi diri
pengikut mereka.
Orientasi Prestasi: Bagaimana Kepribadian
Memengaruhi Motivasi?
Tidak seperti teori Maslow, yang mengklaim
semua orang memiliki kebutuhan dasar yang sama, pendekatan motivasi ini
sederhana. Untuk meningkatkan kinerja kelompok, pemimpin harus memilih pengikut
yang memiliki keahlian yang tepat serta sifat pribadi yang disebut orientasi
prestasi (achievement orientation)
Atkinson
menyatakan kecenderungan seseorang untuk mengerahkan usaha kearah penyelesaian
tugas sebagian tergantung pada kekuatan motivasinya untuk mencapai kesuksesan,
disebut Orientasi Prestasi yang merupakan komponen dari model lima
factor, atau dimensi kepribadian dari kesadaran model OCEAN. Kesadaran telah
dibuktikan berhubungan positif dengan kinerja dalam hamper seluruh jenis
pekerjaan.
Bagaimana seorang pemimpin menerapkan
pengetahuan mengenai orientasi prestasi ini untuk meningkatkan kinerja ? langkah
pertama, memungkinkan memastikan proses perekrutan memilih individu dengan
tingkat orientasi prestasi yang tinggi.
PENETAPAN TUJUAN: Bagaimana
Target Kinerja yang Jelas Memengaruhi Motivasi ?
Salah satu sistem formal motivasi yang paling
dikenal dan paling mudah digunakan kepada pengikut adalah penetapan tujuan. Dari sudut pandang pemimpin, melibatkan penetapan
target kinerja yang jelas lalu membantu menciptakan rencana sistematis untuk
mencapainya.
Menurut Locke dan Letham, tujuan adalah penentu
perilaku kerja yang paling kuat. Tujuan mengarahkan perhatian, mengerahkan
usaha, membantu orang mengembangkan strategi untuk mencapai prestasi.
Penetapan tujuan berbagai
aspek:
1. Tujuan dapat ditetapkan untuk aspek kinerja apapun,
baik untuk mengurangi biaya, meningkatkan kualitas produk dan jasa,
meningkatkan jumlah pemilih dalam pemilihan umum, atau memenangkan kejuaraan
liga.
2. Menentukan apa tujuan yang harus ditetapkan untuk
menciptakan sedikit dilemma bagi para pemimpin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara yang paling efektif bagi
pemimpin untuk memotivasi pengikutnya adalah dengan menetapkan tujuan yang agak
sulit, memberikan pengakuan terhadap langkah-langkah kecil menuju pencapaian
tujuan.
PENDEKATAN OPERASIONAL:
Bagaimana Imbalan Dan Hukuman Memengaruhi Motivasi ?
Cara yang popular untuk mengubah arah,
intensitas , dan kegigihan perilaku adalah melalui imbalan dan hukuman (reward and punishment). Imbalan adalah
konsekuensi yang meningkatkan kemungkinan perilaku tertentu diulangi. Contoh:
jika seseorang memperoleh imbalan uang untuk kepuasan pelanggan yang meningkat
tempat penjualan, ia akan cenderung meneruskan sasaran-sasaran yang diberikan. Hukuman
adalah pemberian stimulus negative atau penarikan sesuatu yang diinginkan, yang
akan mengurangi kemungkinan perilaku tertentu diulangi.
Berikut terdapat beberapa langkah dalam
menggunakan prinsip-prinsip instrumental dengan tepat untuk meningkatkan
motivasi dan kinerja pengikut:
1. Praktisi kepemimpinan perlu merinci dengan
jelas jenis perilaku yang penting. Ini berarti pemimpin perlu
merinci yang mereka ingin lakukan, seberapa sering mereka harus melakukannya,
dan tingkat kinerja yang diharapkan.
2. Praktisi kepemimpinan perlu menentukan apakah
perilaku-perilaku tersebut saat ini diberi hukuman, imbalan atau diabaikan.
Terkadang pengikut diberi imbalan untuk perilaku yang hendak dihapuskan oleh
pemimpin, dan dihukum untuk perilaku yang hendak dihentikan oleh pemimpin.
3. Praktisi kepemimpinan perlu mencari tahu yang
dianggap sebagai imbalan dan hukuman oleh pengikut.
Pemimpin tidak boleh membuat kesalahan dengan mengasumsikan semua pengikut akan
memiliki anggapan yang sama tentang imbalan atau hukuman.
4. Praktisi kepemimpinan perlu berhati-hati agar
tidak menciptakan persepsi ketidakadilan saat memberikan imbalan individual.
Pemimpin dapat mengurangi ketidakadilan dengan bersikap jelas dan konsisten
dalam memberikan imbalan dan hukuman.
5. Praktisi kepemimpinan sebaiknya tidak membatasi
dirinya mereka pada pemberian imbalan dan hukuman yang resmi.
Pemimpin dapat memunculkan serangkaian bentuk imbalan dan hukuman yang efektif
dan tidak mahal, serta tidak melanggar norma atau kebijakan organisasi.
6. Praktisi kepemimpinan perlu memberikan imbalan
dan hukuman secara kontingen kapanpun yang memungkinkan.
Kesalahan memberi imbalan untuk A saat berharap untuk B
Sorotan 9.7
Kita mengharapkan...
|
Tetapi kita sering memberi
imbalan untuk...
|
ü Pertumbuhan jangka panjang.
ü Kerja sama.
ü Komitmen pada kualitas
total.
ü Memberikan berita yang
jujur.
|
*
Perolehan per Kuartal.
*
Usaha individu.
*
Ekspedisi barang sesuai jadwal, meski cacat.
*
Memberikan berita baik, terlepas benar maupun tidak.
|
Pemberdayaan: Bagaimana Kebebasan Mengambil
Keputusan Mempengaruhi Motivasi?
Pemberdayaan
adalah pendekatan motivasi terakhir yang akan dibahas dalam bab ini. Sebagian
meyakini pemberdayaan adalah tentang delegasi dan pertanggungjawaban dari
proses atas ke bawah atau top-down ketika pemimpin senior mengungkapkan isi dan
target spesifik dan memberikan tanggung jawab kepada pengikut untuk
mencapainya. Lainnya meyakini pemberdayaan lebih merupakan pendekatan dari
bawah ke atas atau bottom-up yang berfokus pada Pengambilan resiko dengan
cerdas, pertumbuhan, perubahan, kepercayaan dan kepemilikan; pengikut bertindak
sebagai wiraswastawan atau enterpreneur dan pemilik yang mempertanyakan
aturan-aturan serta membuat keputusan cerdas.
Pemberdayaan memiliki dua komponen utama:
1. Bagi
pemimpin, untuk benar-benar dapat memberdayakan pekerja, mereka harus
mendelegasikan kepemimpinan dan pengambilan keputusan pada level serendah
mungkin. Pekerjalah yang paling sering menghadapi masalah dan paling banyak
memiliki informasi dan kondisi demikian memungkinkan mereka mengambil keputusan
terbaik.
2. Memperlengkapi
pengikut dengan sumber daya, pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk
mengambil keputusan yang tepat. Seringkali perusahaan mengadopsi program
pemberdayaan dan memberikan kewenangan untuk mengambil keputusan kepada
pegawai, tetapi pegawainya sendiri tidak memiliki pengalaman dan menciptakan
rencana bisnis, mengajukan pendanaan, berurusan dengan departemen lain dalam
perusahaan atau berurusan langsung dengan pelanggan atau penjual.
Budaya Pujian
Sorotan 9.8
Tidak
disangsikan bahwa generasi yang memasuki lapangan kerja masa kini menerima
lebih banyak dukungan selama beranjak dewasa dibandingkan generasi sebelumnya.
Saat masih kecil, mereka menerima buayan positif dalam bentuk hadiah, pita,
plakat dan sertifikat hanya untuk berpartisipasi dalam lomba lari dan
kegiatan-kegiatan di sekolah.
Salah
satu dampaknya adalah orang-orang yang kini memasuki angkatan kerja lebih
cenderung menjadi "pecandu pujian yang narsistik" yang egosentris
dibandingkan atasan mereka. Karena dukungan positif konstan yang mereka terima
saat beranjak dewasa, jauh lebih banyak orang generasi ini berpikir bahwa
mereka istimewa dan harus memper oleh imbalan untuk apapun yang mereka lakukan.
Organisasi menyadari kebutuhan ini pada pekerja mereka yang paling muda, mengambil
beberapa langkah luar biasa untuk meningkatkan kepercayaan diri atau
mempertahankan individu-individu tersebut.
Komponen
psikologis dari pemberdayaan dapat dilihat baik dalam level mikro maupun makro.
Tiga komponen psikologis makro yang mendasari pemberdayaan adalah motivasi,
pembelajaran dan stres. Sebagai teknik motivasi, pemberdayaan memiliki beragam
catatan; seringkali pekerja yang diberdayakan lebih produktif daripada pekerja
yang tidak diberdayakan, tetapi ada kalanya tidak demikian. Ketika pemberdayaan
tidak meningkatkan produktivitas, pemimpin senior mungkin memandang
pemberdayaan hanya dari segi positif. Mengadopsi program pemberdayaan yang
efektif memerlukan pelatihan, kepercayaan dan waktu; tetapi perusahaan yang
cenderung menerapkan program pemberdayaan seringkali kekurangan 3 hal tersebut.
Program
pemberdayaan yang dirancang dan diterapkan dengan tepat juga memiliki komponen
pengembangan yang kuat, keuntungan utamanya adalah program ini membantu pekerja
untuk belajar lebih banyak mengenai pekerjaan, perusahaan dan industri mereka.
Terdapat
pula empat komponen mikro dari pemberdayaan. Komponen ini digunakan untuk
menentukan apakah pekerja diberdayakan atau tidak, dan meliputi tekad diri,
makna, kompetensi dan pengaruh. Pekerja yang diberdayakan memiliki tekad diri;
mereka dapat memilih yang mereka lakukan Cara melakukannya dan kapan harus
menyelesaikannya. Pekerja yang diberdayakan juga memiliki kemampuan yang baik
dalam melihat makna; Mereka meyakini yang mereka lakukan merupakan hal penting untuk
keberhasilan mereka sendiri dan perusahaan. Pekerja yang diberdayakan memiliki
tingkat kompetensi yang tinggi; mereka tahu yang mereka lakukan dan yakin bahwa
mereka dapat menyelesaikannya. Terrakhir, pekerja yang dipercaya akan memiliki
dampak bagi orang lain dan percaya bahwa mereka dapat membawa pengaruh bagi
kelompok atau unit kerja mereka dan bahwa rekan kerja dan atasan akan
mendengarkan gagasan mereka.
Kekuasaan dan Pemberdayaan
Sorotan 9.9
Menurut
Kanter, ketakberdayaan (powerlessness)
juga bersifat merusak. Dengan kata lain,
jika para pekerja hanya diberikan kekuasaan dalam jumlah kecil, mereka
akan melindungi kekuasaan apapun itu yang mereka miliki. Pegawai dengan
kekuasaan kecil tidak menunjukkan ketidaksenangan mereka dengan menyuarakan pendapat
mereka, melainkan dengan mempertontonkan kekuasaan mereka dengan cara meminta
imbalan sebelum merespon permintaan.
Gambar 9.3
Kontinum Pemberdayaan
Pekerja
yang diberdayakan
|
Pekerja
yang tidak diberdayakan
|
ü Tekad
diri.
ü Kemampuan
memaknai.
ü Kompetensi
tinggi.
ü Pengaruh
besar.
|
§ Tindakannya
tergantung orang lain.
§ Tidak
yakin apakah yang mereka lakukan itu penting.
§ Kompetensi
rendah.
§ Pengaruh
kecil.
|
Dengan
mengubah situasi, pemimpin dapat meningkatkan motivasi, kinerja serta kepuasan
pengikut. Sayangnya, banyak pemimpin yang dengan Naif berasumsi lebih mudah
mengubah individu daripada mengubah situasi, tetapi yang sering terjadi
tidaklah demikian. Pemimpin seringkali dapat melakukan perubahan positif
terhadap tingkat motivasi pengikut dengan cara merombak proses dan prosedur
kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan kebebasan mereka untuk mengambil
keputusan dan menambah lebih banyak makna pada pekerjaan mereka. Menyertakan
sistem imbalan yang dirancang dan diterapkan dengan baik dengan perubahan tadi
dapat meningkatkan motivasi lebih jauh. Namun demikian, pemimpin mungkin
menghadapi penolakan kapanpun mereka mengubah proses, prosedur dan imbalan
kerja bahkan jika perubahan tersebut ke arah yang lebih baik. Jika proses,
prosedur dan imbalan dirancang serta diberikan dengan tepat, kemungkinan besar
pengikut akan melewati masa penolakannya dan seiring waktu akan terheran-heran
bagaimana mereka bisa bekerja dengan sistem lama. Transisi ke proses dan
prosedur yang sukses bergantung pada pemimpin.
Rangkuman Motivasi
Orang
percaya bahwa hampir tidak mungkin memotivasi siapapun dan pemimpin tidak dapat
berbuat banyak untuk mempengaruhi keputusan orang mengenai arah, intensitas dan
kegigihan perilaku mereka. Para pengikut dapat memotivasi diri mereka sendiri,
tetapi tindakan seorang pemimpin dapat dan memang mempengaruhi tingkat motivasi
pengikut. Jika pemimpin tidak berusaha mempengaruhi tingkat motivasi pengikut,
tidak ada pengaruh para pekerja itu bekerja untuk siapa hasil apa pun yang
diperoleh adalah murni hasil usaha pengikut.
Membuat
pengikut mengerahkan waktu, energi dan usaha pada perilaku tertentu tidak akan
membantu tim menjadi lebih baik jika yang dilakukan adalah perilaku yang
keliru. Sama halnya. pengikut mungkin tidak tahu cara serta saat untuk
melakukan perilaku yang berhubungan dengan kinerja.
Memahami dan Mempengaruhi Kepuasan Pengikut
Kepuasan
kerja berhubungan dengan sikap seseorang mengenai kerja dan ada beberapa alasan
praktis yang membuat kepuasan kerja merupakan konsep yang penting bagi
pemimpin. Pekerja yang puas cenderung terlibat dalam perilaku organisasi yang
melampaui deskripsi tugas dan peran mereka serta membantu mengurangi beban
kerja dan tingkat stres anggota lain dalam organisasi. Pekerja yang tidak puas
cenderung bersikap menentang dalam hubungannya dengan pemimpin dan terlibat
dalam berbagai perilaku yang kontraproduktif. Ketidakpuasan juga alasan utama
seseorang meninggalkan organisasi dan kebanyakan alasan seseorang merasa puas
atau tidak puas terhadap pekerjaan mereka berada dalam kendali pemimpin.
Pergantian fungsional
merupakan sesuatu yang sehat bagi organisasi atau perginya beberapa pengikut
karena pensiun tidak cocok dengan organisasi atau pekerja dengan kinerja di
bawah standar atau dengan kata lain tidak demikian dengan pergantian yang
disfungsional. Pergantian disfungsional terjadi saat pekerja "terbaik dan
paling cemerlang" di organisasi merasa tidak puas dan pergi.
Meningkatkan Keselamatan di Platform Minyak Lepas Pantai
Sorotan 9.10
Salah
satu pekerjaan paling berbahaya di dunia adalah yang dikerjakan oleh pekerja
pengeboran minyak lepas pantai. Para pekerja ini seringkali bekerja 12 hingga
16 jam perhari selama giliran kerja 2 hingga 4 minggu dan mengoperasikan
peralatan berat dalam ruang terbatas.
Untuk mengurangi
kecelakaan, manajer tambang harus:
1. Menetapkan
tujuan dan ekspektasi kinerja keselamatan yang jelas. Jika para pekerja
meyakini hanya produksi yang penting bagi manajer tambang, mereka akan
melakukan yang menurut mereka benar untuk mendorong produktivitas dan tidak
akan begitu memperhatikan masalah keselamatan. Jadi, manajer harus menetapkan
pola keselamatan dengan menetapkan tujuan keselamatan dan secara terus-menerus
mengingatkan para pekerja perihal keselamatan.
2. Mereka
harus mempekerjakan pegawai yang termotivasi untuk menjalankan perilaku kerja
secara aman.
3. Manajer
tambang harus memastikan sistem kompensasi mereka mengakui dan memberi imbalan
bagi perilaku aman. Jika sistem kompensasi hanya memberi imbalan bagi
produktivitas, pegawai akan melakukan yang perlu mereka lakukan untuk
memaksimalkan imbalan mereka.
Kepuasan Global, Faset, dan
Hidup
Teori atau Pendekatan
|
Cara Pemimpin Meningkatkan Kepuasan Kerja
|
Hierarki kebutuhan Maslow
Orientasi prestasi
Penetapan tujuan
Pendekatan instrumental
Pemberdayaan
Afektifitas
Teori dua factor Herzbeg
Keadilan organisasional
|
Membantu orang memenuhi kebutuhan mereka.
Mengamankan sumberdaya yang diperlukan, menghilangkan hambatan,
dan memungkinkan orang melakukan kegiatan yang penting bagi mereka.
Menetapkan target yang tinggidan membantu orang mencapainya.
Memberi imbalan.
Memberikan pelatihan yang diperlukan dan kewenangan untuk
mengambil keputusan yang lebih luas.
Memperkerjakan orang yang lebih bahagia.
Memberikan kerja yang kebih berarti.
Memperlakukan orang dengan adil.
|
Tiga Teori Kepuasan Kerja
Tidak diberi umpan balik atau
tidak diberi imbalan atas kinerja yang baik. Sulit untuk merasa puas jika dalam
bekrja kurang mendapat dukungan dari fasilitas kerja atau kondisi kerja.
Afektivitas: Cangkirnya
Setengah Kosong atau Setengah Penuh?
Afektifitas mengacu pada
kecenderuangan seseorang untuk berekasi terhadap ransangan dalam sikap emosi
yang konsisten. Orang orang dengan kecenderungan negative secara konsisten
bereaksi terhadap perubahan, peristiwa atau situasi dalm sikap negative. Dan
egitu juga sebaliknya dengan kecenderungan positif. Orang-orang dengan
kecenderungan afektif positifcenderung melihat gelasya setengah penuh jika
afektif negatif maka melihat gelasnya setengah kosong.
Temuan ini menunjukkan
kepemimpinan tidak membawa banyak pengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja
seseorang jika kecenderungan afektif positif maupun negative. Dan sikap yang di
ambil pemimpin yaitu seleksi pegawai yang baik.
Teori Dua Faktor Herzbeg: Apakah
Pekerjaan yang Berarti Membuat Orang Senang?
Herzberg mengembangkan teori
dua factor dari serangkaian wawancara yang ia lakukan dengan akuntan dan
insinyur. Menanyakan hal mengenai hal yang membuat mereka puas terhadap kerja.
Herzbeg menamai factor-faktor
yang menghasilkan kepuasan sebagai motivator, dan factor-faktor yang
menghasilkan ketidakpuasan sebagai faktor higien.
Faktor Higien
|
Motivator
|
Pengawasan
Kondisi kerja
Rekan kerja
Gaji
Kebijakan/prosedur
Jaminan kerja
|
Prestasi
Pengakuan
Kerja itu sendiri
Tanggung jawab
Kemajuan dan pertumbuhan
|
( Tidak akan meningkatkan
motivasi atau kepuasan pengikut ). Sebesar apapun usaha pemimpin memperbaiki
kondisi kerja, gaji, atau kebijakan cuti sakit, pengikut tidak akan mengerahkan
usaha atau mencoba lebih gigi karena mungkin kondisi kerja yang buruk.
Kunci untuk meningkatkan
tingkat kepuasan menurut dua factor ini yaitu dengan memenuhi faktor higien dan
memaksimalkan motivator.
Teori ini tidak banyak
mendapat dukungan empiris.
Keadilan Organisasi : Apakah
Keadilan Penting?
Keadilan organisasi adalah
pendekatan kognitif yang didsarkan pada premis bahwa orang – orang yang
diperlakukan secara tidak adil menjadi kurang produktif, kurang puas, dan
kurang berkomitmen pada organisasi mereka. Keadilan interaksional mencerminkan
sejauh mana orang – orang di berikan informasi mengenai berbagai prosedur
imbalan dan di perlakukan dengan hormat. Keadilan distributive mengenai
persepsi pengikut terhadap apakah level imbalan atau hukuman sebanding dengan
kinerja atau kesalahan seseorang.
Yang harus dilakuka pemimpin
untuk meningkatkan kepuasan pengikut dan mengurangi pengunduran diri yaitu
keadilan. Adil dalam memberikan hadiah maupun hukuman dan imbalan sebanding
dengan kinerja.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Adanya
motivasi dan kepuasan diyakini dapat meningkatkan kinerja dari para karyawan.
Hal ini sangat baik kaitannya jika dikaitkan dengan akan bertambahnya juga
profit yang didapat oleh perusahaan jika terus-menerus terjadi. Disinilah peran
manajer dalam melaksanakan motivasi-motivasi yang bertujuan agar para karyawan
mendapatkan kepuasan dari apa yang telah dikerjakannya, baik motivasi secara
finansial atau non-finansial. Selanjutnya, kepuasan akan pula berdampak pada
kinerja yang dihasilkan karyawan, dengan demikian perusahaan akan sangat
diuntungkan dengan hal ini. Dalam pembahasan diatas juga telah dipaparkan teori
kebutuhan dari Maslow, dimana teori ini merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan para manajer untuk menentukan dimana letak keadaan para karyawannya
saat ini, dengan mengetahui itu, manajer dapat membuat strategi-strategi
motivasi yang pas agar para karyawannya dapat dipengaruhi dan meningkatkan
kinerjanya yang berujung pada keuntungan untuk perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Richard L. Hughes, Robert C.
Ginnet, Gordon J. Curphy. 2012. Leadership:
Memperkaya Pelajaran Dari Pengalaman. Jakarta: Salemba Empat.
https://www.gabrieleman.wordpress.com/analisis-pengaruh-motivasi-dan-kepuasan-terhadap-kinerja-karyawan/
(Diakses pada 13 Mei 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar