LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN
PENERAPAN PRAKTIK ERGONOMI
PABRIK KECAP CAP JERUK PECEL TULEN
Jl. Sidonipah II/3-5 Simolawang,
Simokerto, Surabaya
DISUSUN OLEH:
HARIS HERMAWAN PRADANA (13080574015)
TUTUT WAHYU FATMASARI (13080574016)
REZA FAHRUDIN HAKIM (13080574023)
FAKHRI RIFQI D (13080574106)
RACHMAWATI TUS S (13080574109)
UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
FAKULTAS
EKONOMI
JURUSAN
MANAJEMEN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih
kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta
memberikan kesehatan, pikiran dan ketabahan di dalam menyusun Laporan Observasi
Lapangan tentang Penerapan Praktik Ergonomi pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel
Tulen. Di dalam pengerjaan laporan ini,
penulis sering mengalami kesulitan, namun berkat bantuan dan dukungan dari
semua pihak, segala kesulitan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis juga
ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini baik bantuan yang berupa dorongan, semangat,
maupun bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Dwiarko
Nugrohoseno S.P.Si., M.M. selaku dosen mata kuliah Ergonomi.
2.
Pimpinan serta para karyawan/i dari Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen
3.
Teman-teman Manajemen Sumber Daya Manusia kelas A 2013 yang telah
memberikan masukan dalam pengerjaan tugas ini.
4.
Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyelesaian laporan ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak, demi tercapainya kesempurnaan pada laporan ini. Serta
penulis berharap semoga dengan terselesaikannya laporan ini dapat memberikan
manfaat.
Surabaya, 29 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. LATAR BELAKANG .............................................................................. 1
1.2. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
1.3. TUJUAN .................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1. KONSEP ERGONOMI ............................................................................ 3
2.2. KONSEP KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA ................. 5
2.3. KONSEP APLIKASI ERGONOMI
DALAM LINGKUNGAN KERJA 6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 14
3.1. TEMPAT DAN WAKTU
PENELITIAN ................................................. 14
3.2. METODE PENELITIAN .......................................................................... 14
3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................................ 14
BAB IV HASIL
OBSERVASI ......................................................................... 15
4.1. PENERAPAN ERGONOMI .................................................................... 15
4.2. DOKUMENTASI ...................................................................................... 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 24
5.1. SIMPULAN
.............................................................................................. 24
5.2. SARAN ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi
saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan penunjang
yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis
pekerjaan. Disamping itu, akan terjadi dampak negatif bila kita kurang waspada
menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat dicegah
dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lain kemungkinan terjadinya
penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang
mengatur tentang Ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 2003 yang
berisi tentang setiap perusahaan
wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaanx. Ergonomi yang memiliki arti penting
bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering
kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya,
hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Menyadari hal
tersebut, kami selaku
mahasiswa telah melakukan Observasi Lapangan yang
bertujuan untuk mengetahui tentang mekanisme kegiatan yang berlangsung di
Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari Ergonomi?
2.
Bagaimana aplikasi Ergonomi dalam
lingkungan kerja?
3.
Bagaimana hasil observasi praktik
Ergonomi dalam Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen?
1.3. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian dari Ergonomi.
2.
Untuk mengetahui aplikasi Ergonomi dalam lingkungan kerja.
3.
Untuk mengetahui hasil observasi praktik Ergonomi dalam
Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
KONSEP ERGONOMI
2.1.1. Pengertian
Ergonomi
Menurut International Ergonomic
Association (IEA), ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang
artinya kerja dan nomos yang artinya hukum alam, sehingga ergonomi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan
elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori,
prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat
dari sisi manusia dan kinerjanya (Nurmianto, 2008).
Sedangkan menurut Tarwaka (2010) Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan
teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan,
kebolehan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun mental sehingga dicapai
suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik
2.1.2. Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup
ergonomi tidak hanya sebatas bagaiman cara mengatur posisi kerja yang baik,
namun juga mencakup tehnik, antropometri, dan desain. Pusat Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Departemen Kesehatan RI (2008), menyatakan bahwa ruang lingkup ergonomi
mencakup beberapa aspek keilmuan yaitu:
1.
Teknik, yaitu cara-cara melakukan
pekerjaan dengan baik sehingga dapat mengurangi resiko cedera akibat ergonomi
yang tidak baik.
2.
Fisik,
yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan antara kemampuan
tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan tugas lebih besar daripada
kemampuan tubuh maka akan terjadi ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan,
cedera, rasa sakit, penyakit, serta menurunya produktivitas. Sebaliknya,
apabila tuntutan tugas lebih kecil dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress,
seperti kejenuhan, kebosanan, kelesuhan, kurang produktif dan sakit.
3.
Anatomi,
yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
4.
Antropometri,
yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan yang nantinya berfungsi
untuk mendisain tempat kerja seseorang.
5.
Fisiologi,
yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh, seperti temperature
tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktifitas otot dan lain-lain.
6.
Desain, yaitu berupa perancangan tempat
kerja yang sesuai dengan pekerja supaya dapat bekerja secara layak, aman dan
nyaman.
2.1.3 Tujuan Ergonomi
Menurut
Tarwaka (2004), ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ergonomi,
antara lain sebagai berikut:
1.
Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja.
2.
Meningkatkan
kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan
mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama
kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3.
Menciptakan
keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari
setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi.
2.2.
KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2.2.1. Pengertian
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mondy (2008) kesehatan
kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan
faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang
ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik. Sedangkan
keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan
oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan
aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan
aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat
tubuh, penglihatan dan pendengaran.
2.2.2. Dasar
Pemberlakuan
Penerapan program K3 dalam perusahaan
akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri.
Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang
menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun
1970 pasal 3 ayat 1. Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi
Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap
pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a. Keselamatan
dan kesehatan kerja
b. Moral
dan kesusilaan
c. Perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk
melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.”
(ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang‑ undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam
Pasal 87 juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen.
2.2.3. Tujuan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan
kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk
berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang
ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang
bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama
(2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1.
Mencegah
kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2.
Mencegah
terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3.
Menghemat
biaya premi asuransi
4.
Menghindari
tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawannya
2.3.
KONSEP APLIKASI ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA
2.3.1. Pengorganisasian
Kerja
a. Semua
sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari.
Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit
membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot
statis dirasakan paling nyaman.
b. Posisi
ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus
dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat
mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan aktivitas tangan.
c. Selalu
diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja dengan kemungkinan
duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
d. Kedua
lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila hanya
satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya
akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian
saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
2.3.2. Bangku Atau Meja
Kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang
buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja otot statis dan posisi
tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah
sebagai berikut :
a. Tinggi
area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan
jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat
jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
b. Pegangan,
handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan
sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering
dilakukan dalam keadaan fleksi.
c. Kerja
otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang
siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi
bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.
2.3.3. Sikap
Kerja
a. Tempat
duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap
duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada
bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
b. Meja
kerja: Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan
sikap tubuh pada saat bekerja.
c. Luas
pandangan: Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur
dari tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan
dan ke kiri
2.3.4.
Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan
kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
2.3.5.
Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu
melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional
lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
2.3.6.
Mengangkat Beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu berat
dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai berikut :
1. Beban
yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2. Kondisi
lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3. Keterampilan
bekerja
4. Peralatan
kerja beserta keamanannya
Cara-cara
mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1.
Beban diusahakan
menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang belakang
yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2.
Momentum gerak badan
dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan
:
1. Pegangan
harus tepat
2. Lengan
harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
3. Punggung
harus diluruskan
4. Dagu
ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan
gerakan
5. Posisi
kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang
terjadi dalam posisi mengangkat
6. Beban
diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat
grafitas tubuh.
7. Menjinjing
beban
Jenis kelamin
|
Umur (th)
|
Beban yang disarankan (kg)
|
Laki-laki
|
16-18
>18
|
15-20
40
|
Wanita
|
16-18
>18
|
12-15
15-20
|
Tabel
1: beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
2.3.7. Keluhan-Keluhan
Di Tempat Kerja Yang Berkaitan Dengan Ergonomi
a. Ketidaktepatan kursi kerja,
menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan,
lutut, kaki, dan paha
1. Kelelahan fisik
Kelelahan
fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan
diperbaiki performanya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini
bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
a. Kelelahan yang sumber utamanya
adalah mata (kelelahan visual)
Mata
merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b.
Kebisingan
Pengaruh kebisingan secara keseluruhan
adalah:
1. Kerusakan
pada indera pendengaran
2. Gangguan
komunikasi dan timbulnya salah pengertian
3. Pengaruh
faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
4. Efek
psikologis
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit
yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum.
Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada
penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi
angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab –sebab kelelahan
|
Penyegaran
|
1.
Monotomi
2.
Beban dan
lama kerja
3.
Lingkungan
4.
Faktor
kejiwaan
5.
Sakit, rasa
sakit, gizi
|
1.
Kepemimpinan
2.
Manajemen
3.
Pehatian
terhadap keluarga
4.
Perorgani-sasian
kerja
5.
Kesehatan dan
kesejah-teraan termasuk upah dan gizi
|
2.3.8.
Waktu Bekerja Dan Istirahat Yang Baik Bagi Pekerja
a. Lama
bekerja
Lamanya pekerja dalam
sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan
dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi
ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan
organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
b. Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
1. Istirahat
secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
2. Istirahat
curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
3. Istirahat
yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
4. Istirahat
oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau
prosedur-prosedur kerja
2.3.9.
Upaya Kesehatan Kerja
2.3.9.1. Gizi dan produktivitas
Dalam
bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup
demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja
adalah sebagai berikut :
a.
Makanan pokok, yakni :
1. Bahan
makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin
tenaga (kalori) yang besar pula
2. Bahan
makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga
3. Bahan-bahan
ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b.
Lauk pauk, yakni :
1. Bahan
makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan
yang aus dan rusak
2. Bahan-bahan
ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c.
Sayuran, yakni :
1.
Bahan makan yang lazim
dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau mempertahankan tubuh
terhadap serangan atau penyakit
2.
Sayuran yang berwarna
lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d.
Buah yakni;
1.
Bahan makan yang gunya
hampir seperti sayuran
2.
Di Indonesia buah
terkenal sebagai pencuci mulut
3.
Setelah makan dan biasa
dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan. Sebaiknya
buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
2.3.9.2. Penerangan dan dekorasi
Penerangan
dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan
atas dasar faktor kejiwaan.
a.
Intensitas penerangan
Pekerjaan
|
Contoh-contoh
|
Tingkat penerangan yang perlu
|
Tidak teliti
|
Penimbunan
barang
|
80 - 70
|
Agak teliti
|
Pemasangan
(tidak teliti)
|
170 – 350
|
Teliti
|
Membaca,
menggambar
|
350 – 700
|
Sangat
teliti
|
Pemasangan(teliti)
|
700– 10.000
|
Tabel 2: Pedoman intensitas penerangan
b. Warna di tempat kerja
Warna
yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan penciptaan
kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang
optimal.
2.3.9.3. Pemeliharaan
pendengaran dan penggunaan musik
1.
Kebisingan, efek dan
pencegahannya. Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
a. Kerusakan
pada indera pendengaran
b. Gangguan
komunikasi dan timbulnya salah pengertian
c. Pengaruh
faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
d. Efek
psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
2.
Musik dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan
meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak dapat dipergunakan
dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti
itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum
bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut
keperluan.
3.
Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani
untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan kesegaran jasmani perlu
mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan,
pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan
olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan
yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
3.1.1. Tempat Pelaksanaan
Nama Tempat Observasi Lapangan : Pabrik Kecap Cap
Jeruk Pecel Tulen
Alamat Perusahaan / Instansi : Jl. Sidonipah
II/3-5, Simolawang,
Simokerto,
Surabaya
No. Telp : (031) 3713535 - 3719414
3.1.2. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 28 April 2016
Lama pelaksanaan : 1 (satu) hari
Pukul : 13.00 hingga selesai
3.2.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang kami
lakukan adalah dengan wawancara. Langkah-langkah observasi dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.
Datang ke
lokasi observasi di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen
2.
Melakukan
wawancara dan dokumentasi.
3.
Melakukan
diskusi dengan anggota kelompok.
3.3.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam kegiatan observasi
ini, alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara, pengamatan serta
dokumentasi yang dilakukan di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
BAB IV
HASIL OBSERVASI
4.1. PENERAPAN ERGONOMI PADA PABRIK
KECAP CAP JERUK PECEL TULEN
4.1.1. Faktor Teknis
Faktor ini berhubungan dengan
pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode
kerja yang lebih efektif dan efisien, dan penggunaan bahan baku yang lebih
ekonomis. Berikut beberapa faktor teknis di lingkup Pabrik Kecap Cap Jeruk
Pecel Tulen.
4.1.1.1. Faktor
lingkungan kerja
Faktor ini amat berpengaruh
terhadap meningkat atau tidaknya suatu tempat usaha seperti pabrik kecap ini.
Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan – kecelakaan
kerja, penyakit, dan hal – hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu
meningkatkan kulitas kehidupan kerja para pekerja, perusahaan akan semakin
efektif.
Sehubungan dengan hal diatas,
kondisi lingkungan kerja pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen dapat
dikatakan aman dan nyaman bagi pegawainya, dan juga para pegawai tidak akan
mengalami hal-hal yang berkaitan dengan stress dikarenakan saat bekerjanya
masih dapat bercengkrama dengan para pegawai yang lainnya, meskipun suasana di
dalam pabrik dinilai mendekati kata bising. Dengan jam kerja dimulai dari jam
07.00 – 15.00 WIB. Para pegawai juga menceritakan bahwa mereka mayoritas sudah
lebih dari 10 tahun bekerja di pabrik ini dan dari pekerjaannya ini pula,
sedikit banyak dapat memenuhi perekonomian dari keluarganya, serta adapula
pegawai yang bekerja disana karena dahulunya orangtuanya juga sebagai pegawai
di pabrik kecap ini. Hal ini tentunya akan menjadikan kegiatan perusahaan
menjadi lebih efektif karena para pegawainya juga nyaman dengan kondisi di
lingkungan kerjanya.
4.1.1.2. Potensi bahaya
kecelakaan kerja
Tentunya suatu pabrik seperti
halnya di tempat observasi kami tidak menginginkan suatu kecelakaan yang
terjadi pada karyawan mereka, tetapi suatu kecelakaan kerja bisa terjadi setiap
saat. Suatu badan perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan hal ini karena hal
ini bila terjadi suatu musibah pada karyawan akan merugikan perusahaan sendiri,
karena perusahaan harus memberi ganti rugi, hasil yang didapat akan menurun
karena kehilangan seorang pegawai. Jadi, sebaiknya perusahaan lebih
memperhatikan hal tersebut, agar omzet yang didapat lebih meningkat lagi.
Sehubungan dengan potensi
kecelakaan kerja para pegawai, pihak pabrik telah menerapkan standar kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) bagi para pegawainya. Hal ini juga didukung oleh
legalitas perusahaan pada Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) dan Badan Pengawas
Obat dan Makanan (BPOM), serta telah ada juga spanduk atau papan terkait K3
pada lingkungan pabrik. Jadi, pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini telah
memperhatikan hal tersebut, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga akan
meningkat, seiiring minimnya potensi kecelakaan kerja.
4.1.1.3. Keserasian
peralatan dengan tenaga kerja
Di tempat Pabrik Kecap Cap Jeruk
Pecel Tulen ini telah sampai pada generasi ketiga karena didirikan sejak tahun
1937 dengan produksi pertamanya dimulai dengan menggunakan botol kaca. Kini,
kecap yang dihasilkan tidak hanya dikemas dalam botol kaca saja, tapi juga di
botol plastik dan kemasan isi ulang (refill).
Peralatan yang ada ditempat ini
sebagian besar masih menggunakan tradisional atau tenaga manusia, namun
terdapat kurang lebih tiga buah mesin diantaranya mesin untuk menge-press
kemasan refill dan mesin penge-press
kardus. Sampai pada saat kami melakukan observasi, pemilik mengatakan bahwa
kecap yang diproduksinya memiliki maa berlaku hingga 2 tahun dan setiap harinya
dapat mengirimkan 100 peti @24 botol kecap, ke distributor yang ada di
surabaya, gresik, krian, sidoarjo hingga nusa tenggara.
4.1.2. Faktor Manusia
Faktor yang mempunyai pengaruh
terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini ada dua hal pokok yang
menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability)
dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang merupakan
pendorong kea rah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja atas seseorang.
Berikut faktor manusia yang ada di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
4.1.2.1. Kesehatan
tenaga kerja
Kita amat tahu kesehatan tenaga
kerja itu penting agar omzet bisa meningkat, penjagaan terhadap kesehatan
tenaga kerja bisa dilakukan dengan cara memberikan peraturan tentang penggunaan
alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan
pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati
oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia (http://id.wikipedia.org).
Sehubungan dengan kesehatan tenaga
kerja di lingkungan pabrik, ada beberapa alat pelindung diri yang digunakan
oleh para pegawainya, diantaranya:
1.
Alat pelindung kepala:
Melindungi rambut pekerja supaya tidak mengganggu saat proses bekerja.
2.
Alat pelindung badan
(celemek): Melindungi pakaian pekerja agar tidak kotor ataupun terkontaminasi
saat berhadapan dengan kecap
3.
Pakaian kerja yang
digunakan oleh para pegawai adalah pakaian pribadinya sehingga mereka akan
merasa nyaman dengan yang digenakannya.
4.1.2.2. Kesesuaian sistem
kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban
bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik, mental dan sosial.
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan
beban kerja. Diantara mereka mungkin lebih cocok untuk beban fisik atau mental
atau sosial. Sesuai dengan hal tersebut sehingga perlu adanya penyesuaian
mengenai pekerjaan dengan pekerja agar bisa terjadi kesinambungan.
Pada hal ini, pemilik dari Pabrik
Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini sangatlah mengerti tentang pegawainya. Beliau mengajari
seluruh pegawainya tentang berbagai pekerjaan yang ada di pabrik, dengan kata
lain mereka semua mampu menguasai pekerjaan yang ada, mulai dari kegiatan
memasak dan meramu kecap, penyaringan, pengemasan kecap, sampai dengan
pelabelan botol kecap dan pengemasan kecap hingga siap untuk dijual.
4.1.3. Faktor Pencahayaan
Pekerjaan biasanya menuntut adanya
pencahayaan yang bagus untuk menghindari mata lelah, membuat lebih nyaman, dan
meningkatkan produktivitas. Ada 3 faktor yang mempengaruhi manusia pada tingkat
pencahayaan, yaitu silau, intensitas cahaya tinggi dan intensitas cahaya yang
terlalu rendah.
Pada lingkungan Pabrik Kecap Cap
Jeruk Pecel Tulen ini, tingkat pencahayaannya tergolong cukup, dengan kondisi
pabrik yang tinggi, pencahayaan diperoleh dari lampu pijar yang tidak terlalu
cerah dan jendela-jendela di bagian atas yang dapat meneruskan cahaya matahari
mampu masuk ke dalam ruang pabrik.
4.1.4. Faktor Kebisingan
Kebisingan
adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan
dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan decibel (dB). Percobaan
laboratorium membuktikan bahwa lingkungan yang bising mengurangi
kemampuan menghitung, mengetik, dan berkonsentrasi dan akan memperlambat waktu reaksi dan dapat
menghadang daya reaksi.
Dalam lingkungan pabrik,
tingkat kebisingan tergolong 60-70 dB. Kebisingan yang ditimbulkan adalah dari
adanya vibrasi yang ditimbulkan akibat perputaran kipas angin yang terlalu
kencang dalam pabrik dan roda dar gerobak pengangkat peti kecap.
4.1.5. Faktor Sikap dan Posisi Kerja
Tidak peduli apakah pekerja harus
berdiri, duduk atau dalam sikap/posisi kerja yang lain,
pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan hal tersebut akan
sangat penting untuk diperhatikan.
4.1.5.1. Sikap Kerja
Duduk
Sikap duduk yang benar sebaiknya dengan
punggung lurus dan bahu berada sibelakang pantat menyentuh belakang kursi.
Selain itu, diusahakan duduk dengan lutut tetap setinggi atau lebih tinggi dari
panggul dan tungkai tidak menyilang. Hindari duduk dengan posisi yang sama
selama 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan lengan, jaga bahu tetap rileks.
(Wasisto, 2005)
Saat kami melakukan observasi, proses
produksi yang sedang berlangsung saat ini hanya pengemasan dan pelabelan kecap,
sedangkan proses memasaknya sudah selesai saat sebelum kami datang kesana
dikarenakan prosesnya dimulai dari pagi. Para pegawainya pada saat itu,
mayoritas bekerja sambil duduk baik untuk pegawai yang mengisi kecap ke dalam
botol maupun pegawai yang melakukan kegiatan pelabelan pada botol kecap. Posisi
duduk mereka pada kursi kecil yang hanya menyokong pantat dengan posisi kepala
sedikit merunduk kebawah. Hal ini berlangsung hingga semua botol telah diisi
kecap dan dilabeli, kami kurang tahu estimasi waktu yang diperlukan untuk
kegiatan ini.
4.1.5.2. Sikap Kerja Berdiri
Merupakan sikap kerja dengan posisi
tulang belakang vertical dan berat badan bertumpu seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi
berdiri terus-menerus mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh
pada kaki dan hal ini akan bertambah bila bentuk alas kaki yang digunakan tidak
sesuai.
Sikap kerja berdiri pada pegawai pabrik
ini dimungkinkan saat melakukan proses memasak kecap. Karena pada saat proses
memasak kecap kami tidak melihatnya secara langsung namun kami sempat
diperlihatkan pabrik tempat proses memasak kecap dan pada saat itu ada beberapa
pegawai yang sedang membersihkan tempat besar yang biasa digunakan untuk
mengolah kecap dan mereka pada posisi berdiri dengan memegang seperti dayung
dan posisi kepala sedikit merunduk kebawah. Hal ini juga dapat mengakibatkan
pegal pada bagian leher dan kaki dikarenakan kepala yang merunduk dan kaki yang
harus menopang berat tubuh.
4.2.
DOKUMENTASI
Kondisi Lingkungan
Kerja
Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja pada Pabrik
Peralatan Penunjang
Proses Produksi
Kesehatan Tenaga Kerja
dengan pemakaian pelindung kepala dan celemek
Pencahayaan dalam
Pabrik
Faktor Kebisingan
Sikap Kerja Duduk
BAB V
PENUTUP
5.1.
KESIMPULAN
Penerapan
Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam
keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai
tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua
pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang
bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan,
petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas
program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya. Ergonomi secara
teknis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja, namun
sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu
kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat
manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik
masyarakat industri maupun tradisional agar ergonomi diterapkan secara luas.
5.2. SARAN
Pendekatan
disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia
seperti menambah kecepatan kerja dan keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan
yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu
memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan
peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors).
DAFTAR PUSTAKA
Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan).
Jakarta: Penerbit Erlangga
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. ERGONOMI Studi Gerak dan Waktu: Teknik
Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: UD. Adipura
http://id.wikipedia.org/alat-pelindung-diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar