Kamis, 21 Juli 2016

LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN PENERAPAN PRAKTIK ERGONOMI PABRIK KECAP CAP JERUK PECEL TULEN



LAPORAN HASIL OBSERVASI LAPANGAN
PENERAPAN PRAKTIK ERGONOMI
PABRIK KECAP CAP JERUK PECEL TULEN
Jl. Sidonipah II/3-5 Simolawang, Simokerto, Surabaya
Description: F:\LOGO\unesa.jpg             











DISUSUN OLEH:
HARIS HERMAWAN PRADANA                       (13080574015)
TUTUT WAHYU FATMASARI               (13080574016)
REZA FAHRUDIN HAKIM                      (13080574023)
FAKHRI RIFQI D                                       (13080574106)
RACHMAWATI TUS S                              (13080574109)
                          
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2016
KATA PENGANTAR
           
            Puji syukur dan terima kasih kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan, pikiran dan ketabahan di dalam menyusun Laporan Observasi Lapangan tentang Penerapan Praktik Ergonomi pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen. Di  dalam pengerjaan laporan ini, penulis sering mengalami kesulitan, namun berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak, segala kesulitan itu dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini baik bantuan yang berupa dorongan, semangat, maupun bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
            Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.      Bapak Dwiarko Nugrohoseno  S.P.Si., M.M. selaku dosen mata kuliah Ergonomi.
2.      Pimpinan serta para karyawan/i dari Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen
3.      Teman-teman Manajemen Sumber Daya Manusia kelas A 2013 yang telah memberikan masukan dalam pengerjaan tugas ini.
4.      Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian laporan ini.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, demi tercapainya kesempurnaan pada laporan ini. Serta penulis berharap semoga dengan terselesaikannya laporan ini dapat memberikan manfaat.

        Surabaya, 29 April 2016



Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  ........................................................................................   i
DAFTAR ISI  ......................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN  .................................................................................   1
  1.1. LATAR BELAKANG  ..............................................................................   1
  1.2. RUMUSAN MASALAH  ..........................................................................   2
  1.3. TUJUAN  ....................................................................................................   2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA  .....................................................................   3
  2.1. KONSEP ERGONOMI  ............................................................................   3
  2.2. KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA    .................   5
  2.3. KONSEP APLIKASI ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA       6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN  ...................................................... 14
  3.1. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN  ................................................. 14
  3.2. METODE PENELITIAN  .......................................................................... 14
  3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA  ........................................................ 14
BAB IV HASIL OBSERVASI  ......................................................................... 15
  4.1. PENERAPAN ERGONOMI  .................................................................... 15
  4.2. DOKUMENTASI  ...................................................................................... 21
BAB V PENUTUP  ............................................................................................ 24
  5.1.  SIMPULAN  .............................................................................................. 24
  5.2.  SARAN  ..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA  ......................................................................................... 25







BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu, akan terjadi dampak negatif bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat dicegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko. Antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang Ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 13 tahun 2003 yang berisi tentang setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaanx. Ergonomi yang memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek.  Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan para pekerja itu sendiri.
Menyadari hal tersebut, kami selaku mahasiswa telah melakukan Observasi Lapangan yang bertujuan untuk mengetahui tentang mekanisme kegiatan yang berlangsung di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.




1.2.   RUMUSAN MASALAH
1.         Apa pengertian dari Ergonomi?
2.         Bagaimana aplikasi Ergonomi dalam lingkungan kerja?
3.         Bagaimana hasil observasi praktik Ergonomi dalam Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen?

1.3.   TUJUAN
1.         Untuk mengetahui pengertian dari Ergonomi.
2.         Untuk mengetahui aplikasi Ergonomi dalam lingkungan kerja.
3.         Untuk mengetahui hasil observasi praktik Ergonomi dalam Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  KONSEP ERGONOMI
 2.1.1. Pengertian Ergonomi
Menurut International Ergonomic Association (IEA), ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya hukum alam, sehingga ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya (Nurmianto, 2008).
Sedangkan menurut Tarwaka (2010) Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik
            2.1.2. Ruang Lingkup Ergonomi
Ruang lingkup ergonomi tidak hanya sebatas bagaiman cara mengatur posisi kerja yang baik, namun juga mencakup tehnik, antropometri, dan desain. Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI (2008), menyatakan bahwa ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan yaitu:
1.      Teknik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat mengurangi resiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
2.      Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, serta menurunya produktivitas. Sebaliknya, apabila tuntutan tugas lebih kecil dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress, seperti kejenuhan, kebosanan, kelesuhan, kurang produktif dan sakit.
3.      Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
4.      Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendisain tempat kerja seseorang.
5.      Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh, seperti temperature tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktifitas otot dan lain-lain.
6.      Desain, yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai dengan pekerja supaya dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman.
2.1.3 Tujuan Ergonomi
Menurut Tarwaka (2004), ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ergonomi, antara lain sebagai berikut:
1.      Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2.      Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
3.      Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.



2.2.  KONSEP KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
2.2.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Menurut Mondy (2008) kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik. Sedangkan keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.
2.2.2. Dasar Pemberlakuan
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus diterapkan. Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1. Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a.       Keselamatan dan kesehatan kerja
b.      Moral dan kesusilaan
c.       Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal   diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87  juga dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.
2.2.3. Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi,  setiap kejadian baik kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program  keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1.   Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan
2.   Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan
3.   Menghemat biaya premi asuransi
4.   Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan kepada karyawannya

2.3.  KONSEP APLIKASI ERGONOMI DALAM LINGKUNGAN KERJA
 2.3.1. Pengorganisasian Kerja
a.    Semua sikap tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari. Fleksi tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk ke depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan paling nyaman.
b.    Posisi ekstensi lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus dihindari. Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi ketepatan kerja dan ketrampilan aktivitas tangan.
c.    Selalu diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja dengan kemungkinan duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
d.   Kedua lengan harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila hanya satu lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
2.3.2. Bangku Atau Meja Kerja
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai berikut :
a.       Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
b.      Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
c.       Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.


2.3.3. Sikap  Kerja
a.       Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
b.      Meja kerja: Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat bekerja.
c.       Luas pandangan: Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri
2.3.4. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
2.3.5. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
2.3.6. Mengangkat Beban
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai berikut :
1.       Beban yang diperkenakan,  jarak angkut dan intensitas pembebanan.
2.       Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3.       Keterampilan bekerja
4.       Peralatan kerja beserta keamanannya

Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1.        Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2.        Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
1.    Pegangan harus tepat
2.    Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
3.    Punggung harus diluruskan
4.    Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5.    Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat
6.    Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas tubuh.
7.    Menjinjing beban        
Jenis kelamin
Umur (th)
Beban yang disarankan (kg)
Laki-laki

16-18
>18
15-20
40
Wanita

16-18
>18
12-15
15-20
Tabel 1: beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan

2.3.7. Keluhan-Keluhan  Di Tempat Kerja Yang Berkaitan Dengan Ergonomi
a. Ketidaktepatan kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performanya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

a.  Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
Mata merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b. Kebisingan
Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
1.      Kerusakan pada indera pendengaran
2.      Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
3.      Pengaruh faal seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
4.      Efek psikologis
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab –sebab kelelahan
Penyegaran
1.     Monotomi
2.     Beban dan lama kerja
3.     Lingkungan
4.     Faktor kejiwaan
5.     Sakit, rasa sakit, gizi
1.      Kepemimpinan
2.      Manajemen
3.      Pehatian terhadap keluarga
4.      Perorgani-sasian kerja
5.      Kesehatan dan kesejah-teraan termasuk upah dan gizi

2.3.8. Waktu Bekerja Dan Istirahat Yang Baik Bagi Pekerja
a.       Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
b.      Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
1.      Istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
2.      Istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
3.      Istirahat yang ditetapkan  adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
4.      Istirahat oleh karena proses kerja  tergantung dari bekerjanya mesin peralatan atau prosedur-prosedur kerja
2.3.9. Upaya Kesehatan Kerja
2.3.9.1. Gizi dan produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup demi menunjang aktivitas para pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :
a.  Makanan pokok, yakni :
1.       Bahan makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin tenaga (kalori) yang besar pula
2.       Bahan makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga
3.       Bahan-bahan ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b. Lauk pauk, yakni :
1.      Bahan makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan yang aus dan rusak
2.      Bahan-bahan ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c. Sayuran, yakni :
1.         Bahan makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2.         Sayuran yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d. Buah yakni;
1.         Bahan makan yang gunya hampir seperti sayuran
2.         Di Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut
3.         Setelah makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan. Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
2.3.9.2. Penerangan dan dekorasi
Penerangan dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan atas dasar faktor kejiwaan.
a. Intensitas penerangan
Pekerjaan
Contoh-contoh
Tingkat penerangan yang perlu
Tidak teliti
Penimbunan barang
80 - 70
Agak teliti
Pemasangan (tidak teliti)
170 – 350
Teliti
Membaca, menggambar
350 – 700
Sangat teliti
Pemasangan(teliti)
700– 10.000
Tabel 2: Pedoman intensitas penerangan
b. Warna di tempat kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja sangat berpengaruh karena menimbulkan penciptaan kontras warna agar tangkapan mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.

2.3.9.3. Pemeliharaan pendengaran dan penggunaan musik
1.         Kebisingan, efek dan pencegahannya. Adapun pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah:
a.       Kerusakan pada indera pendengaran
b.      Gangguan komunikasi dan timbulnya salah pengertian
c.       Pengaruh faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
d.      Efek psikologis yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
2.  Musik dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak dapat dipergunakan dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut keperluan.
3. Olahraga dan kesegaran jasmani
Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program aerobic dari cooper.















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1.  TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
3.1.1. Tempat Pelaksanaan
Nama Tempat Observasi Lapangan : Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen
Alamat Perusahaan / Instansi           : Jl. Sidonipah II/3-5, Simolawang,
   Simokerto, Surabaya
No. Telp                                            : (031) 3713535 - 3719414
3.1.2. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal           : Kamis, 28 April 2016
Lama pelaksanaan  : 1 (satu) hari
Pukul                      : 13.00 hingga selesai

3.2.  METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang kami lakukan adalah dengan wawancara. Langkah-langkah observasi dapat diuraikan sebagai berikut:
1.      Datang ke lokasi observasi di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen
2.      Melakukan wawancara dan dokumentasi.
3.      Melakukan diskusi dengan anggota kelompok.

3.3.  TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam kegiatan observasi ini, alat pengumpul data yang digunakan adalah wawancara, pengamatan serta dokumentasi yang dilakukan di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.




BAB IV
HASIL OBSERVASI

4.1. PENERAPAN ERGONOMI PADA PABRIK KECAP CAP JERUK PECEL TULEN
4.1.1. Faktor Teknis
Faktor ini berhubungan dengan pemakaian dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan penggunaan bahan baku yang lebih ekonomis. Berikut beberapa faktor teknis di lingkup Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
4.1.1.1. Faktor lingkungan kerja
Faktor ini amat berpengaruh terhadap meningkat atau tidaknya suatu tempat usaha seperti pabrik kecap ini. Jika perusahaan dapat menurunkan tingkat dan beratnya kecelakaan – kecelakaan kerja, penyakit, dan hal – hal yang berkaitan dengan stress, serta mampu meningkatkan kulitas kehidupan kerja para pekerja, perusahaan akan semakin efektif.
Sehubungan dengan hal diatas, kondisi lingkungan kerja pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen dapat dikatakan aman dan nyaman bagi pegawainya, dan juga para pegawai tidak akan mengalami hal-hal yang berkaitan dengan stress dikarenakan saat bekerjanya masih dapat bercengkrama dengan para pegawai yang lainnya, meskipun suasana di dalam pabrik dinilai mendekati kata bising. Dengan jam kerja dimulai dari jam 07.00 – 15.00 WIB. Para pegawai juga menceritakan bahwa mereka mayoritas sudah lebih dari 10 tahun bekerja di pabrik ini dan dari pekerjaannya ini pula, sedikit banyak dapat memenuhi perekonomian dari keluarganya, serta adapula pegawai yang bekerja disana karena dahulunya orangtuanya juga sebagai pegawai di pabrik kecap ini. Hal ini tentunya akan menjadikan kegiatan perusahaan menjadi lebih efektif karena para pegawainya juga nyaman dengan kondisi di lingkungan kerjanya.
4.1.1.2. Potensi bahaya kecelakaan kerja
Tentunya suatu pabrik seperti halnya di tempat observasi kami tidak menginginkan suatu kecelakaan yang terjadi pada karyawan mereka, tetapi suatu kecelakaan kerja bisa terjadi setiap saat. Suatu badan perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan hal ini karena hal ini bila terjadi suatu musibah pada karyawan akan merugikan perusahaan sendiri, karena perusahaan harus memberi ganti rugi, hasil yang didapat akan menurun karena kehilangan seorang pegawai. Jadi, sebaiknya perusahaan lebih memperhatikan hal tersebut, agar omzet yang didapat lebih meningkat lagi.
Sehubungan dengan potensi kecelakaan kerja para pegawai, pihak pabrik telah menerapkan standar kesehatan dan keselamatan kerja (K3) bagi para pegawainya. Hal ini juga didukung oleh legalitas perusahaan pada Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta telah ada juga spanduk atau papan terkait K3 pada lingkungan pabrik. Jadi, pada Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini telah memperhatikan hal tersebut, sehingga keuntungan yang dihasilkan juga akan meningkat, seiiring minimnya potensi kecelakaan kerja.
4.1.1.3. Keserasian peralatan dengan tenaga kerja
Di tempat Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini telah sampai pada generasi ketiga karena didirikan sejak tahun 1937 dengan produksi pertamanya dimulai dengan menggunakan botol kaca. Kini, kecap yang dihasilkan tidak hanya dikemas dalam botol kaca saja, tapi juga di botol plastik dan kemasan isi ulang (refill).
Peralatan yang ada ditempat ini sebagian besar masih menggunakan tradisional atau tenaga manusia, namun terdapat kurang lebih tiga buah mesin diantaranya mesin untuk menge-press kemasan refill dan mesin penge-press kardus. Sampai pada saat kami melakukan observasi, pemilik mengatakan bahwa kecap yang diproduksinya memiliki maa berlaku hingga 2 tahun dan setiap harinya dapat mengirimkan 100 peti @24 botol kecap, ke distributor yang ada di surabaya, gresik, krian, sidoarjo hingga nusa tenggara.
4.1.2. Faktor Manusia
Faktor yang mempunyai pengaruh terhadap usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Dalam hal ini ada dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability) dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang merupakan pendorong kea rah kemajuan dan peningkatan prestasi kerja atas seseorang. Berikut faktor manusia yang ada di Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen.
4.1.2.1. Kesehatan tenaga kerja
Kita amat tahu kesehatan tenaga kerja itu penting agar omzet bisa meningkat, penjagaan terhadap kesehatan tenaga kerja bisa dilakukan dengan cara memberikan peraturan tentang penggunaan alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia (http://id.wikipedia.org).
Sehubungan dengan kesehatan tenaga kerja di lingkungan pabrik, ada beberapa alat pelindung diri yang digunakan oleh para pegawainya, diantaranya:
1.        Alat pelindung kepala: Melindungi rambut pekerja supaya tidak mengganggu saat proses bekerja.
2.        Alat pelindung badan (celemek): Melindungi pakaian pekerja agar tidak kotor ataupun terkontaminasi saat berhadapan dengan kecap
3.        Pakaian kerja yang digunakan oleh para pegawai adalah pakaian pribadinya sehingga mereka akan merasa nyaman dengan yang digenakannya.
4.1.2.2. Kesesuaian sistem kerja
Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik, mental dan sosial. Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungannya dengan beban kerja. Diantara mereka mungkin lebih cocok untuk beban fisik atau mental atau sosial. Sesuai dengan hal tersebut sehingga perlu adanya penyesuaian mengenai pekerjaan dengan pekerja agar bisa terjadi kesinambungan.
Pada hal ini, pemilik dari Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini sangatlah mengerti tentang pegawainya. Beliau mengajari seluruh pegawainya tentang berbagai pekerjaan yang ada di pabrik, dengan kata lain mereka semua mampu menguasai pekerjaan yang ada, mulai dari kegiatan memasak dan meramu kecap, penyaringan, pengemasan kecap, sampai dengan pelabelan botol kecap dan pengemasan kecap hingga siap untuk dijual.


4.1.3. Faktor Pencahayaan
Pekerjaan biasanya menuntut adanya pencahayaan yang bagus untuk menghindari mata lelah, membuat lebih nyaman, dan meningkatkan produktivitas. Ada 3 faktor yang mempengaruhi manusia pada tingkat pencahayaan, yaitu silau, intensitas cahaya tinggi dan intensitas cahaya yang terlalu rendah.
Pada lingkungan Pabrik Kecap Cap Jeruk Pecel Tulen ini, tingkat pencahayaannya tergolong cukup, dengan kondisi pabrik yang tinggi, pencahayaan diperoleh dari lampu pijar yang tidak terlalu cerah dan jendela-jendela di bagian atas yang dapat meneruskan cahaya matahari mampu masuk ke dalam ruang pabrik.
4.1.4. Faktor Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan decibel (dB). Percobaan laboratorium membuktikan bahwa lingkungan yang bising mengurangi kemampuan menghitung, mengetik, dan berkonsentrasi dan akan memperlambat waktu reaksi dan dapat menghadang daya reaksi.
Dalam lingkungan pabrik, tingkat kebisingan tergolong 60-70 dB. Kebisingan yang ditimbulkan adalah dari adanya vibrasi yang ditimbulkan akibat perputaran kipas angin yang terlalu kencang dalam pabrik dan roda dar gerobak pengangkat peti kecap.







4.1.5. Faktor Sikap dan Posisi Kerja
Tidak peduli apakah pekerja harus berdiri, duduk atau dalam sikap/posisi kerja yang lain, pertimbangan-pertimbangan ergonomis yang berkaitan dengan hal tersebut akan sangat penting untuk diperhatikan.
4.1.5.1. Sikap Kerja Duduk
Sikap duduk yang benar sebaiknya dengan punggung lurus dan bahu berada sibelakang pantat menyentuh belakang kursi. Selain itu, diusahakan duduk dengan lutut tetap setinggi atau lebih tinggi dari panggul dan tungkai tidak menyilang. Hindari duduk dengan posisi yang sama selama 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku  dan lengan lengan, jaga bahu tetap rileks. (Wasisto, 2005)
Saat kami melakukan observasi, proses produksi yang sedang berlangsung saat ini hanya pengemasan dan pelabelan kecap, sedangkan proses memasaknya sudah selesai saat sebelum kami datang kesana dikarenakan prosesnya dimulai dari pagi. Para pegawainya pada saat itu, mayoritas bekerja sambil duduk baik untuk pegawai yang mengisi kecap ke dalam botol maupun pegawai yang melakukan kegiatan pelabelan pada botol kecap. Posisi duduk mereka pada kursi kecil yang hanya menyokong pantat dengan posisi kepala sedikit merunduk kebawah. Hal ini berlangsung hingga semua botol telah diisi kecap dan dilabeli, kami kurang tahu estimasi waktu yang diperlukan untuk kegiatan ini.  
4.1.5.2. Sikap Kerja Berdiri
Merupakan sikap kerja dengan posisi tulang belakang vertical dan berat badan bertumpu  seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus-menerus mengakibatkan penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila bentuk alas kaki yang digunakan tidak sesuai.
Sikap kerja berdiri pada pegawai pabrik ini dimungkinkan saat melakukan proses memasak kecap. Karena pada saat proses memasak kecap kami tidak melihatnya secara langsung namun kami sempat diperlihatkan pabrik tempat proses memasak kecap dan pada saat itu ada beberapa pegawai yang sedang membersihkan tempat besar yang biasa digunakan untuk mengolah kecap dan mereka pada posisi berdiri dengan memegang seperti dayung dan posisi kepala sedikit merunduk kebawah. Hal ini juga dapat mengakibatkan pegal pada bagian leher dan kaki dikarenakan kepala yang merunduk dan kaki yang harus menopang berat tubuh.

4.2.  DOKUMENTASI

Kondisi Lingkungan Kerja


Description: D:\Rachmawati TS\camera\DATA KULIAH\SEMESTER 6\Ergonomi\IMG-20160430-WA008.jpg
 


















Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada Pabrik


 












Peralatan Penunjang Proses Produksi


 
















Kesehatan Tenaga Kerja dengan pemakaian pelindung kepala dan celemek


Description: D:\Rachmawati TS\camera\DATA KULIAH\SEMESTER 6\Ergonomi\IMG-20160430-WA001.jpg
 














Pencahayaan dalam Pabrik
Description: D:\Rachmawati TS\camera\DATA KULIAH\SEMESTER 6\Ergonomi\IMG-20160430-WA004.jpg 














Faktor Kebisingan


Description: D:\Rachmawati TS\camera\DATA KULIAH\SEMESTER 6\Ergonomi\IMG-20160430-WA002.jpg
 














Sikap Kerja Duduk


Description: D:\Rachmawati TS\camera\DATA KULIAH\SEMESTER 6\Ergonomi\IMG-20160430-WA006.jpg
 














BAB V
PENUTUP

5.1.  KESIMPULAN
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya. Ergonomi  secara teknis merupakan bagian dari hygiene kesehatan dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program untuk menggerakkan baik masyarakat industri maupun tradisional agar ergonomi diterapkan secara luas.

5.2. SARAN
Pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti menambah kecepatan kerja dan keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia (human errors).




DAFTAR PUSTAKA

Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga
Wignjosoebroto, Sritomo. 2003. ERGONOMI Studi Gerak dan Waktu: Teknik Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Surabaya: UD. Adipura
http://id.wikipedia.org/alat-pelindung-diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar