Jumat, 12 Februari 2016

PERUBAHAN ORGANISASI DAN PEMBELAJARAN



BAB I
PERMASALAHAN

1.1   Latar Belakang
B.T. Lim, Johannes A. Gianto, Andreas R. Diantoro yang diberi julukan “The Three Musketeers” dari perusahaan hasil merger antara HP dan Compaq yang kini bernama HP New ini, merupakan tonggak dari perusahaan. Dimana mereka akan mengemban tugas yang tidak enteng. Berbekal buku panduan bernama Play Book hasil kerja dari Tim Integrasi, mereka mengemban tiga hal yang hukumnya wajib dikerjakan. Pertama, menjaga stabilitas, baik terhadap pihak eksternal (mitra bisnis) maupun internal (karyawan) yang berkemungkinan goyah dan bingung akibat merger. Kedua, menumbuhkan bisnis perseroan. Dan ketiga, melakukan integrasi HPI secepat mungkin.
Sejak merger HP-Compaq terealisasi pada 7 Mei 2002, anak perusahaan dari masing-masing belumlah terintegrasi atau menyatu secara utuh. Bukan saja bangunan yang masih menyebar di tiga lokasi di Jakarta, tapi juga SDM yang belum dilebur. Kini, perusahaan masih dalam tahap L4, dimana Lim dkk. bertugas menunjuk orang yang akan langsung melapor pada mereka. Sebelum mencapai tahap ini, ada beberapa langkah yang telah ditempuh oleh perusahaan diantaranya tahap L0 dimana diumumkannya CEO HP, Carly Fiorina, menjadi Chairman dan CEO HP New, dan juga CEO Compaq, Michael Capellas sebagai Presiden. Lalu, pada tahap L1, dilakukan penunjukan orang-orang yang langsung melapor ke Capellas. Lanjut pada tahap L2, penunjukan Kepala Region. Dan L3, penunjukan para Country GM beserta empat chief unit bisnis, dimana di Indonesia adalah penunjukan Lim dkk.
Dalam upaya menghindari kekacauan karena merger yang telah dilakukan, HP bersama manajemen Compaq membentuk tiga tim yang diharapkan akan menghasilkan sinergi di kemudian hari. Tim tersebut antara lain, tim pertama menangani aspek legal (hukum), termasuk tuntutan keluarga pendiri HP yang memprotes rencana merger. Tim kedua merupakan tim integrasi yang menangani terkait standar prosedur operasi, garis-garis besar haluan perusahaan beserta petunjuk pelaksanaannya, hingga road map produk. Tim ketiga merupakan tim operasional yang akan mengimplementasikan hasil tim integasi di tingkat country.
Nilai dan sasaran korporat New HP merupakan hasil kompromi dan upaya optimalisasi budaya dua perusahaan. Dengan mengembangkan pola partisipatif, pihak manajemen melakukan wawancara pada 120 karyawan dan focus group bersama 1.500 karyawan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk identifikasi untuk menemukan titik temu atribut kunci bagi perusahaan baru. Dengan demikian, didapatkan titik optimum untuk budaya perusahaan baru tersebut yakni we act with speed and agility.

1.2  Rumusan Masalah
1.    Bagaimanakah proses perubahan yang terjadi pada perusahaan merger HP-Compaq?
2.    Apa strategi yang dilakukan perusahaan pasca merger HP-Compaq?
3.    Bagaimana cara manajemen perusahaan menangani permasalahan perbedaan budaya dari kedua perusahaan?
4.    Hal apa saja yang dilakukan perusahaan agar kinerja karyawan dapat bersinergi?

1.3  Tujuan
1.    Mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada perusahaan pasca merger HP-Compaq.
2.    Mendeskripsikan strategi yang dilakukan perusahaan setelah merger HP-Compaq.
3.    Mendeskripsikan cara manajemen perusahaan baru dalam menangani permasalahan perbedaan budaya dari kedua perusahaan.
4.    Mendeskripsikan hal yang dilakukan perusahaan agar kinerja karyawan dapat bersinergi.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori
A.  Merger
Menurut Baker, et.al (2010, h.6) Merger, sebuah penggabungan usaha dimana aset dan kewajiban dari perusahaan yang diambil alih digabungkan dengan aset dan kewajiban perusahaan yang mengambil alih tanpa menambah komponen organisasi. Jadi pelaporan keuangan dibuat berdasarkan struktur organisasi yang lama yaitu perusahaan yang mengambil alih.
Menurut Mardiyanto (2009, h.319) Jenis-jenis merger tediri dari :
a.    Merger Horizontal (Horizontal Merger)
Merger antara perusahaan yang sama lini bisnisnya. Misalnya, merger antara sesama pabrikan peralatan mesin.
b.    Merger Vertikal (Vertikal Merger)
Merger antara perusahaan yang mempunyai hubungan pemasokpelanggan. Contohnya, merger antar pabrikan peralatan mesin dan pemasok cetakan peralatan-mesin.
c.    Merger Kongenerik (Congeneric Merger)
Merger antara perusahaan yang berbeda lini bisnis dan tidak memiliki hubungan pemasok-pelanggan, tatapi masih dalam satu industri yang sama. Misalnya, merger antara pabrikan peralatan-mesin dengan pabrikan sistem peralatan pembawa barang (conveyor).
d.    Merger Konglomerat (Conglomerate Merger)
Merger antara perusahaan yang berbeda jenis bisnisnya. Contohnya, merger antara pabrikan peralatan-mesin dengan perusahaan makanan siap saji.

B.  Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu sistem nilai – nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh karyawan dalam perusahaan. Selain dipahami, seluruh jajaran meyakini sistem – sistem nilai tersebut sebagai landasan gerak organisasi (Robbins dalam Djokosantoso, 2003). Sementara, Ndraha (2003:4) dalam Brahmasari (2004:12) mengemukakan bahwa budaya perusahaan (corporate culture) merupakan aplikasi dari budaya organisasi (organizational culture) terhadap badan usaha atau perusahaan. Kedua istilah ini sering dipergunakan untuk maksud yang sama secara bergantian.

Fungsi budaya perusahaan menurut Veithzal Rivai (2005) adalah :
1.    Budaya menciptakan suatu perbedaan yang jelas antara suatu perusahaan dengan perusahaan yang lain,
2.    Budaya memberikan identitas perusahaan,
3.    Budaya mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan individu,
4.    Budaya mengingatkan kemantapan sistem sosial,
5.    Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu serta membentuk sikap dan perilaku karyawan.

C.  Kinerja Perusahaan
Veithzal Rivai, et al. (2008: 14) yang mengungkapkan bahwa Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Brahmasari (2004:64) mengemukakan bahwa kinerja perusahaan adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi. Penekanan kinerja dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, juga dapat pada tingkatan individu, kelompok ataupun organisasi. Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang dirancang untuk menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu, sehingga kedua tujuan tersebut bertemu.

2.2 Analisis Variabel
Dalam kasus ini ditemukan adanya variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat, dimana Merger merupakan variabel bebas (X) yang mempenagruhi Budaya Perusahaan dan Kinerja Perusahaan merupakan variabel terikat (Y)
MERGER
KINERJA PERUSAHAAN
BUDAYA PERUSAHAAN
 









2.3 Pembahasan Kasus
Merger antara HP-Compaq merupakan salah satu merger yang dinyatakan sangat rapi dalam pengelolaannya, terbukti pasca merger ini keuntungan perusahaan dirasa cukup meningkat. Merger ini termasuk merger horizontal seperti yang telah diungkapkan Mardiyanto (2009), dimana merger horizontal merupakan merger antara perusahaan yang sama lini bisnisnya. Dalam hal ini HP dan Compaq merupakan dua perusahaan yang bergerak di bidang yang sama yakni PC dan sejenisnya.
Dalam merger antara HP-Compaq, banyak perubahan yang terjadi dan yang paling dominan adalah perubahan dalam budaya perusahaan. Menurut Robbins (2003) budaya perusahaan merupakan suatu sistem nilai – nilai yang dirasakan maknanya oleh seluruh karyawan dalam perusahaan. Budaya dari HP dan Compaq sangat berbeda, seperti dikutip dalam kasus di buku Manajemen Perubahan (Uyung, 2004) bahwa di HP budayanya adalah mengedepankan proses, baru kemudian mengambil keputusan, berbeda dengan orang Compaq yang terkenal mengedepankan action, baru proses. Dalam merger ini, manajemen perusahaan sangat cekatan dalam menangani masalah terkait perbedaan budaya dua perusahaan ini, mereka mempunyai trik khusus dalam menyatukan dua budaya perusahaan yang sangat bertolak-belakang ini.
Berhasilnya manajemen perusahaan dalam pengelolaan merger ini berdampak pada kinerja perusahaan. Menurut Brahmasari (2004) mengemukakan bahwa kinerja perusahaan adalah pencapaian atas tujuan organisasi yang dapat berbentuk output kuantitatif maupun kualitatif, kreatifitas, fleksibilitas, dapat diandalkan, atau hal-hal lain yang diinginkan oleh organisasi.
A.   Proses Perubahan yang Terjadi Pada Perusahaan Merger HP-Compaq
HP dan Compaq adalah dua perusahaan yang hampir gagal berupaya untuk mencari jalan keluar, saat dua perusahaan tersebut bergabung akan ada kesempatan yang besar bagi perusahaan untuk menguasai pasar. Sebelum resmi merger pada tanggal 7 Mei 2002, tim integrasi terhitung paling sulit dan keras kerjanya. Mengembangkan pola parsipatif, tim ini beranggotakan sekitar 1.300 karyawan dari berbagai penjuru dunia. Orang-orang yang datang secara merata (50% HP, dan setengahnya lagi dari Compaq) ini adalah orang-orang terpilih dengan kualifikasi terpuji. Dan karena dipandang tidak punya vested interest kecuali menyukseskan merger, tim integrasi ini sering disebut Clean Room oleh warga HP dan Compaq. Maksudnya, didalam ruangan itu diisi oleh orang-orang yang bersih dan netral.
Selain sulit, tim ini juga bekerja dengan konsekuansi sangat berat. Sebab, begitu merger gagal, mereka mempunyai konsekuansi untuk mengundurkan diri dari perusahaan bahkan tidak boleh bekerja di industri TI selama tiga tahun. Alasannya, mereka dianggap paling tahu rahasia dapur dua perusahaan yang diketahuinya selama bekerja di tim integrasi. Dan hukuman dalam waktu tiga tahun tidak boleh bekerja itu dipandang memadai, karena selama kurun waktu itu diasumsikan apa yang diketahuinya sudah tidak lagi relevan dengan adanya perkembangan zaman. Karena konsekuensi itulah, para eksekutif puncak HP dan Compaq di negara manapun tidak boleh masuk tim integrasi.
Dibayang-bayangi konsekuensi mencekik semacam itu, tim terus bekerja secara spartan dan ibarat mengatur ulang sebuah perusahaan baru. Bedanya mereka tidak berangkat dari titik nol, melainkan menggabungkan kekuatan dari masing-masing pihak. Lewat proses perusahaan baru hasil dari pemetaan kekuatan produk kedua perusahaan, dan yang tidak kala penting nilai dari sasaran korporat, serta desain organisasi untuk setiap country yang tercantum didalam Play Book.
Pasca terjadinya merger antara HP dan Compaq banyak sekali terjadi perubahan di dalam perusahaan, mulai dari perubahan struktur sumber daya manusia sampai perubahan budaya. Berikut adalah perubahan-perubahan yang telah dialami oleh perusahaan pasca merger HP-Compaq :
1.    Restrukturisasi Sumber Daya Manusia
Sejak merger HP-Compaq terealisasi pada 7 Mei 2001 menjadi New HP, struktur-struktur organisasipun juga diperbaharui. BT. Lim yang dulunya Presiden Direktur Compaq Indonesia pasca terjadinya merger statusnya berubah menjadi Country General Manager merangkap Chief of Enterprise system Group Hewlett-Packard Indinesia (HPI). Pasca merger Lim bekerja sama dengan kedua partnernya yakni Johanes A. Gianto (Chief of HP Services HPI) dan Andreas R. Diantoro (Chief of Personal System Group dan Imaging & Pringting Group), mereka dijuluki sebagai “The Three Musketeers”.
2.    Perubahan Budaya
Tidak seperti perusahaan merger pada umumnya, apalagi sebuah akuisisi yang seringkali memaksakan kehendak, nilai dan sasaran New HP ini merupakan hasil kompromi dan upaya optimalisasi budaya dari dua perusahaan. Proses merger ini tergolong luar biasa, mereka mengembangkan pola parsipatif, HP dan Compaq melakukan wawancara dengan 120 karyawan dan focus group bersama 1.500 karyawan diseluruh dunia, sasaran aktivitas ini untuk mengidentifikasi atribut kunci kedua perusahaan, perusahaan berusaha menggali kekuatan masing-masing dan menemukan titik temu kedua perusahaan untuk perusahaan baru. Hasil dari kerja keras selama berbulan-bulan akhirnya menghasilkan sebuah sasaran dan nilai-nilai baru.
Nilai dan sasaran baru merupakan jawaban atas sindiran-sindran diluar, selain tentunya juga untuk keperluan internal. Diluar, sinisme atas HP dan Compaq muncul saat berbicara tentang budaya perusahaan. Masih belum jelas apa yang digunakan sebagai budaya perusahaan kelak. Apakah Compaq Way atau HP Way. Ada perbedaan mendasar yang mewarnai kultur budaya keduanya. HP yang dirintis David Packard dan Bill Hewlett pada 1939 dikenal sebagai sarangya para penemu, sementara Compaq yang berdiri pada 1982 melejit karena menjadi peniru IBM.
Soal kompromi atas perbedaan budaya dulu di HP tak tekecuali HPI aspek speed dan agility tidak ada. Budayanya mengedepankan proses, baru kemudian mengambil sebuah keputusan. Orang HP maunya informasi lengkap dulu, sementara Compaq terkenal mengedepankan action, baru proses, sekarang diambil titik optimum dari perbedaan budaya kedua perusahaan yakniWe Act Speed And Agility”.
Titik optimum juga berusaha dikejar saat menyusun organisasi New HP secara keseluruhan dalam bentuk Organizatiom Design and Selection (ODNS) yang dimuat didalam Play Book. Disini, organisasi perusahaan untuk region dan country dibuat mengacu pada empat kelompok bisnis utama, serta kriteria tugas dan tanggung jawab yang dipikul orang kelak akan mengembannya.

Banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses merger berlangsung. Pasalnya, pasca merger, HPI justru menerima order diatas US$ 1 juta disusul ratuan ribu dollar lainnya. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa merger justru menambah kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
           
Kesimpulan:
Dari banyaknya perubahan yang terjadi pada Perusahaan baru hasil merger HP-Compaq, Restrukturasi SDM merupakan suatu perubahan signifikan yang dilakukan oleh perusahaan dimana struktur organisasi baru telah dibentuk. Meski demikian, pengaruh faktor budaya juga tak kalah pentingnya dalam perubahan yang terjadi di perusahaan ini.

B.   Strategi yang Dilakukan Perusahaan Pasca Merger HP-Compaq
Setelah resmi di umumkannya merger antara HP dan Compaq anak perusahaan di seluruh negara memang belum sepenuhnya terintegrasi dan menyatu secara menyeluruh. Bukan hanya fisik bangunan yang masih menyebar di tiga lokasi di Jakarta, tetapi juga SDM yang belum dilebur. Oleh karena itu perusahaan melakukan beberapa strategi untuk keberhasilan merger ini. Dan berikut adalah strategi-strategi yang dilakukan oleh perusahaan New HP:
1.    Strategi Tahapan
Ini adalah tahapan sebuah stategi yang dilaksanakan untuk keberhasilan merger HP-Compaq. Awalnya L0 adalah saat diumumkannya mantan CEO Compaq yakni Michael Capellas, sebagai presiden. Lalu berlanjut ke tahap L2 yakni penunjukan para kepala Region. Berlanjut ke L3 yakni penunjukan para Country GM  beserta 4 chief unit bisnis yang dibuat. Di Indonesia, pada tahap L3 adalah penunjukan Lim dkk yang diumumkan pada tanggal 8 Mei 2002.
2.    Membentuk Sebuah Tim
Berangkat dari pengalaman IBM yang gagal melakukan merger, HP dan Compaq tidak ingin mengalami nasib serupa, akhirnya mereka menentukan sebuah strategi untuk keberhasilan merger ini, HP mengajak manajemen Compaq duduk bersama karena yakin awal kebersamaan akan menghasilkan sinergi di kemudian hari. Maka, dibentuklah tiga tim. Tim pertama, yang mengurus aspek legal (hukum), termasuuk belakangan, tuntutan keluarga pendiri HP yang memprotes rencana merger. Kedua, tim integrasi yang mengurus segala hal terkait dengan standart prosedur operasi, garis-garis besar haluan perusahaan dan petunjuk pelaksanannya, hingga membuat road map produk selama tiga tahun kedepan. Ketiga, adalah tim operasional yang akan mengimplementasikan hasil tim integrasi ditingkat country.
3.    Menggunakan Play Book
Play Book merupakan hasil kerja dari Tim Integrasi yang berisi panduan, dalam memaparkan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh eksekutif HP di berbagai negara, seperti pada tiga puluh hari mereka harus melakukan apa, lalu pada 60 hari kemudian harus sudah mencapai apa, semuanya telah ada dalam buku panduan tersebut. Bahkan, tersedia juga road map produk selama tiga tahun kedepan. Dengan adanya Play Book ini diharapkan adanya sinergi antar perusahaan HP-Compaq.
4.    Memfokuskan Masing-Masing Pekerjaan
Di perusahaan HP dulu, semua pekerjaan kerap di campur aduk, dari PC hinggga printer. Padahal, kompetisinya sangat fokus di printer. Misalnya, Epson dan Lexmark sangat fokus. Begitu juga Dell yang sangat fokus di PC. Lalu akhirnya diputuskanlah untuk memfokuskan tiap pekerjaan. Pertama, Andreas hanya mengurusi printer dan PC. Lim, selain mengurusi country, juga akan mengurusi high-end. Sementara Gianto menangani servis. Kedua, Channel distrubution akan mengabungkan kekuatannya dengan Compaq yang kokoh pada direct selling.
           
Kesimpulan:
Dari strategi-strategi yang telah dilakukan oleh New HP yang meliputi strategi tahapan, membentuk sebuah tim, menggunakan playbook, dan memfokuskan masing-masing pekerjaan diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal dan menghancurkan opini publik bahwa perusahaan merger sulit dilakukan dan berpeluang gagal.

C.   Cara Manajemen Perusahaan Menangani Permasalahan Perbedaan Budaya Dari Kedua Perusahaan
Menyatukan dua budaya memang tidak mudah, tapi bukan berarti hal itu tidak bisa dilakukan. Untuk itu  perlu dilakukan sebuah cara untuk menyatukan dua budaya yang berbeda tersebut. Dari pemaparan poin perubahan budaya diatas telah dijelaskan bahwa Compaq dan HP melakukan wawancara untuk mengidentifikasi atribut kunci serta menggali kekuatan dari masing masing perusahaan sehingga menghasilkan sebuah titik temu antara kedua perusahaan. Setelah berbulan-bulan akhirnya muncul apa yang diinginkan yakni nilai-nilai dan sasaran baru HP-Compaq, nilai dan sasaran baru itu antara lain adalah sebagai berikut :
1.    Nilai nilai baru
a.    We are passionate about our customers
b.    We have trust and respect for individuals
c.    We perform at a high level of achievement and contribution
d.    We achieve our result through team work
e.    We act speed and agility
f.      We deliver meaningful innovation
g.    We conduct business with uncomprimissing integrity
2.    Sasaran-sasaran baru :
a.    Customer loyality
b.    Profit
c.    Market Leadership
d.    Growth
e.    Employee Capability
f.      Global Citizenship

Nilai dan sasaran baru itulah hasil kerja keras Tim Integrasi. Di HP budayanya adalah mengedepankan proses, baru kemudian mengambil keputusan, berbeda dengan orang Compaq yang terkenal mengedepankan action, baru proses. Lalu akhirnya mereka mengambil titik optimum yakni “We Act Speed And Agility”. Titik optimum berusaha dikejar saaat menyusun organisasi New HP secara keseluruhan dalam bentuk Organization Design and Selection (ODNS) yang telah dimuat dalam Play Book.

Kesimpulan:
            Perbedaan budaya dari kedua perusahaan akhirmya dapat diatasi oleh perusahaan baru ini dengan dilakukannya wawancara untuk mengidentifikasi atribut kunci serta menggali kekuatan dari masing masing perusahaan sehingga menghasilkan sebuah titik temu antara kedua perusahaan.






D.   Hal-Hal yang Dilakukan Perusahaan Agar Kinerja Karyawan Dapat Bersinergi
a.   Dengan menerapkan proses konsesus dengan tahap L4, diantaranya yaitu :
1.   L1, yaitu penunjukan orang-orang yang langsung melapor ke Michael Capellas.
2.   L2, penunjukan para kepala region.
3.   L3, penunjukan para Country GM  beserta empat chief unit bisnis yang dibuat.  Di Indonesia, pada tahap L3 adalah penunjukan Lim dkk.
4.   L4, pada tahap ini, ketiganya bertugas untuk menunjuk orang yang akan langsung melapor pada mereka (direct reporting). Baru tahap-tahap berikutnya disusun orang-orang hingga level bawah serta penempatan perusahaan dalam satu atap secara fisik.
b.   Menyusun organisasi New HP secara keseluruan dalam bentuk Organization Design and Selection (ODSN), disini organisasi perusahaan untuk region dan country dibuat mengacu pada empat kelompok bisnis utama, serta kriteria tugas dan tanggung jawab yang dipikul orang yang kelak akan mengembannya.

Kesimpulan:
            Berbagai hal-hal yang dilakukan perusahaan agar kinerja karyawan dapat bersinergi telah tersusun secara rapi dalam playbook. Hal ini menunjukkan bahwa merger ini sangat dipikirkan matang-matang oleh petinggi perusahaan, guna menampik pemikiran-pemikiran pihak eksternal bahwa perusahaan hasil merger tidak akan berhasil.















BAB III
SIMPULAN

Dari banyaknya perubahan yang terjadi pada Perusahaan baru hasil merger HP-Compaq, Restrukturasi SDM merupakan suatu perubahan signifikan yang dilakukan oleh perusahaan dimana struktur organisasi baru telah dibentuk. Meski demikian, pengaruh faktor budaya juga tak kalah pentingnya dalam perubahan yang terjadi di perusahaan ini.
Dari strategi-strategi yang telah dilakukan oleh New HP yang meliputi strategi tahapan, membentuk sebuah tim, menggunakan playbook, dan memfokuskan masing-masing pekerjaan diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal dan menghancurkan opini publik bahwa perusahaan merger sulit dilakukan dan berpeluang gagal.
Perbedaan budaya dari kedua perusahaan akhirmya dapat diatasi oleh perusahaan baru ini dengan dilakukannya wawancara untuk mengidentifikasi atribut kunci serta menggali kekuatan dari masing masing perusahaan sehingga menghasilkan sebuah titik temu antara kedua perusahaan.
Berbagai hal-hal yang dilakukan perusahaan agar kinerja karyawan dapat bersinergi telah tersusun secara rapi dalam playbook. Hal ini menunjukkan bahwa merger ini sangat dipikirkan matang-matang oleh petinggi perusahaan, guna menampik pemikiran-pemikiran pihak eksternal bahwa perusahaan hasil merger tidak akan berhasil.


















DAFTAR PUSTAKA

Sulaksana, Uyung. 2004. Manajemen Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Epriyeni, Ayu. 2013. Pengaruh Pengumuman Merger, Akuisisi Dan Right Issue Terhadap Abnormal Return Saham Di Bursa Efek Indonesia Program Studi S1 Akuntansi STIE MDP. Skripsi diterbitkan di internet.
Brahmasari, Ida Ayu dan Suprayetno, Agus. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama Indonesia). Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan. Vol.10 (2): hal. 126.