BUDAYA ORGANISASI
A. PENGERTIAN
BUDAYA ORGANISASI
Budaya organisasi adalah suatu sistem
berbagi arti yang dilakukan oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi
dari organisasi lainya. Menurut Zunaidah dan Budiman (2014) budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang
artinya sistem tersebut perlu
disosialisasikan
kepada anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat tercapai. Sedangkan dala jurnal lain
dikemukakak bahwa budaya organisasi adalah seperangkat system keyakinan,
nilai-nilai, dan norma yang dikembangkan dan berperan dalam organisasi yang
dibuat odari kesepakatan untuk mengatasi masalah dalam suatu organisasi
(Widyaningrum, 2012).
Terdapat
karakteristik utama dari budaya organisasi. Menurut Zunaidah dan Budiman (2014)
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
1. Inovasi dan keberanian Pengambilan
Risiko
2. Perhatian terhadap hal-hal
rinci
3. Orientasi Hasil
4. Orientasi Orang
5. Orientasi Tim
6. Keagresifan
7. Stabilitas
Tiap-tiap
karakter ini terjadi pada sebuah kontinum dari rendah ke tinggi. Menilai
organisasi pada mereka, kemudian memberikan paduan gambaran dari budayanya dan
dasar untuk berbagi pemahaman kepada para anggota mengenai organisasi,
bagaimana segala sesuatunya dilakukan didalamnya, dan cara mereka seharusnya
berperilaku.
B.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BUDAYA ORGANISASI
Budaya
Organisasi yang kuat harus ditumbuhkan. Suyono (2004: 55) mengungkapkan
beberapa faktor yang mempengaruhi budaya organisasi yaitu:
1. Kepemimpinan. Organisasi harus memiliki
pemimpin yang bisa diteladani dan didengar oleh bawahan
2. Komunikasi. Proses komunikasi harus
harus dilaksanakan secara konsisten dan rutin sehingga perbedaan budaya
(kebiasaan-kebiasaan) yang dibawa individu yang berbeda latar belakang akan
mengalami integrasi persamaan dengan tujuan organisasi.
3. Motivasi. Merupakan pemberian daya
penggerak dan menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai
kepuasan.
C. BUDAYA
DALAM ORGANISASI
a. Budaya
Merupakan Istilah Yang Bersifat Deskriptif
Budaya
organisasi memperlihatkan bagaimana karyawan dalam memandang karakteristik dari
organisasi, bukan apakah karyawan menyukainya, inilah yang merupakan istilah
yang bersifat deskriptif.
b. Apakah
Organisasi Memiliki Budaya Yang Seragam?
Budaya organisasi mempresentasikan
persepsi dari para anggota organisasi yang sama. Oleh karenanya, diharapkan para individu
dengan latar belakang yang berbeda atau pada level dalam organisasi yang
berbeda untuk menggambarkan budayanya dalam istilah yang sama. Hal ini bukan
berarti bahwa tidak terdapat subkultur. Sebagian besar organisasi yang besar
memiliki sebuah budaya yang dominan dan subkultur yang sangat banyak jumlahnya.
Budaya yang dominan mengekspresikan nilai luhur yang diberikan oleh mayoritas
anggotanya dan hal itu memberikan organisasi
kepribadianya yang berbeda. Subkultur cenderung berkembang dalam
organisasi yang besar untuk mencerminkan permasalahan yang umum atau pengalaman
yang dihadapi oleh para anggota dalam departemen atau lokasi yang sama.
c. Budaya
Yang Kuat Melawan Lemah
Jika sebagian besar para pekerja
(dalam menanggapi survey manajemen) memiliki opini yang sama mengenai misi dan
nilai organisasi, maka budaya tersebut kuat, jika opini sangat besar variasinya
maka budaya tersebut lemah. Budaya yang kuat (strong culture) merupakan suatu budaya yang nilai luhur secara
intensif dianut dan disebarkan secara luas.
d. Budaya
Versus Formalisasi
Telah terlihat bahwa formalisasi
yang tinggi akan menciptakan prediktabilitas, ketertiban, dan konsistensi.
Suatu budaya yang kuat akan mencapai tujuan akhir yang sama tanpa kebutuhan
akan dokumentasi secara tertulis. Formalisasi dan budaya seharusnya dipandang sebagai
dua jalan berbeda yang menuju pada tujuan sama. Semakin kuat budaya organisasi,
maka akan semakin berkurang kebutuhan manajemen berkaitan dengan mengembangkan
aturan dan regulasi formal dalam membimbing perilaku karyawan. Panduan-panduan
ini akan diinternalisasikan dalam karyawan ketika mereka menerima budaya
organisasi.
e. Budaya
Organisasi Melawan Budaya Nasional
Budaya nasional harus diperhitungkan
jika mau membuat ramalan yang tepat mengenai perilaku organisasi dalam
negara-negara yang berlainan.Riset menunjukan bahwa budaya nasional mempunyai
dampak yang lebih besar pada para karyawan dari organisasi mereka.
D. TINDAKAN
BUDAYA
a.
Fungsi Budaya
Budaya
memiliki peran untuk mendefinisikan batasan, menyampaikan suatu perasaan akan
suatu identitas bagi para anggota organisasi, budaya akan memfasilitasi
komitmen pada segala sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan diri sendiri,
mendorong stabilitas dari sistem sosial, dan merupakan pengambilan perasaan dan
mekanisme pengendalian yang membimbing dan membentuk tingkah laku serta
perilaku dari karyawan.
b.
Budaya Menciptakan Iklim
Iklim
organisasional (organizational dimate)
persepsi yang tersebar yang dimiliki oleh para anggota organisasi mengenai
organisasi dan lingkungan mereka kerja. Iklim organisasional mengacu pada
berbagai persepsi yang dimiliki oleh anggota organisasi mengenai organisasi dan
lingkungan kerja mereka. Puluhan dimensi iklim telah dipelajari, meliputi
inovasi, kreativitas, komunikasi, kehangatan, dan dukungan, keterlibatan,
keselamatan, keadilan, keanekaragaman serta layanan konsumen.
c.
Dimensi Budaya Yang Etis
Budaya
organisasi tidak netral dalam orientasi etis mereka, bahkan ketika mereka tidak
secara terbuka mengejar tujuan-tujuan etis.Dari waktu ke waktu, iklim kerja
yang beretika, atau konsep yang tersebar mengenai perilaku yang benar dan salah
di dalam tempat kerja, yang berkembang sebagai bagian dari iklim
organisasional. Iklim yang beretika mencerminkan nilai dari organisasi yang sebenarnya
dan membentuk pengambilan keputusan yang etis bagi para anggotanya.
d.
Budaya Dan Inovasi
Sebagian
besar perusahaan yang inovatif seringkali ditandai dengan keterbukaan mereka,
tidak konvensional, kolaboratif, berbasis visi, budaya mempercepat.Perusahaan
yang perintis seringkali memiliki budaya yang inovatif karena mereka biasanya
kecil, gesit, dan menitikberatkan pada pemecahan permasalahan agar dapat
bertahan hidup dan berkembang.
e.
Budaya Sebagai Suatu Asset
Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, budaya organisasi dapat
menyediakan lingkungan positif yang beretika dan membantu perkembangan inovasi.
Budaya dapat juga secara signifikan memberikan kontribusi pada dasar dari
organisasi dalam banyak cara.
f.
Budaya Sebagai Sebuah
Kewajiban
Budaya
dapat mendorong komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi perilaku
pekerja, serta memberikan manfaat bagi organisasi. Budaya juga berharga bagi
para pekerja, karena menguraikan bagaimana hal-hal dilakukan dan mana yang
penting.
E. MENCIPTAKAN
DAN MEMPERTAHANKAN BUDAYA
Penciptaan budaya terjadi
dalam tiga cara yaitu:
1.
Para
pendiri merekrut dan mempertahankan hanya para pekerja yang berpendapat dan
merasakan hal yang sama dengan yang mereka lakukan.
2.
Mereka
menanamkan dan mensosialisasikan cara mereka dalam berpikir dan merasakan
terhadap para pekerja.
3.
Perilaku
dari para pendiri sendiri mendorong para pekerja untuk mengidentifikasi dengan
mereka dan menginternalisasikan keyakinan, nilai, dan asumsi mereka. Ketika
organisasi telah berhasil maka kepribadian dari para pendiri menjadi tertanam
dalam budaya.
Ketika
suatu budaya telah berada pada posisinya, maka praktik didalam organisasi
mempertahankanya dengan memberikan kepada para pekerja suatu rangkaian
pengalaman yang sama. Bagian yang penting dalam mempertahankan suatu budaya
yakni:
a. Pemilihan.
Tujuan
secara eksplisit dari proses pemilihan adalah untuk mengidentifikasi dan
merekrut para individu dengan pengetahuan, keahlian, dan kemampuan untuk
bekerja dengan berhaasil.
b. Manajemen
puncak. Tindakan
dari manajemen puncak juga memiliki dampak utama terhadap budaya organisasi.
Melalui kata-kata dan perilaku para senior eksekutif menetapkan norma-norma
yang menyaring melalui organisasi mengenai, sebagai contoh apakah pengambilan
risiko yang lebih diinginkan, seberapa banyak kebebasan yang diberikan para
manajer bagi para pekerja, apakah pakaian yang sesuai serta tindakan tindakan
apakah yang memperoleh kenaikan gaji, promosi dan imbalan lainya.
c. Sosialisasi. Suatu proses yang
menyesuaikan diri para pekerja terhadap budaya organisasi. Sosialisasi merupakan suatu proses dengan tiga
tahap: tahap sebelum kedatangan yaitu periode pembelajaran didalam proses
sosialisasi yang terjadi sebelum seorang pekerja baru bergabung dengan
organisasi, pertemuan yaitu tahap dalam proses sosialisasi yamng mana para
pekerja yang baru melihat apakah organisasi benar-benar menyukai dan
mempertentangkan kemungkinan dari ekspektasi tersebut dan realitas yang
menyimpang, dan metamorphosis yaitu tahap dalam proses sosialisasi yang mana
seorang pekerja yang baru berubah dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan,
kelompok kerja dan organisasi.
Menciptakan Budaya
Organisasi Yang Beretika
Prinsip-prinsip yang harus
diikuti para manajer untuk menciptakan suatu budaya yang lebih beretika:
1.
Menjadi
panutan yang terlihat. Para pekerja akan melihat tindakan dari para manajemen
puncak sebagai patokan atas perilaku yang layak. Kirimkan sebuah pesan yang
posistif.
2.
Mengomunikasikan
ekspektasi yang beretika. Meminimalkan ketidakjelasan dengan membagikan kode
etik organisasional yang menyatakan prinsip dasar organisasi dan aturan etika
yang mana para pekerja harus mematuhinya.
3.
Menyediakan
pelatihan yang beretika. Mengadakan seminar, lokakarya, serta program pelatihan
untuk menegakkan standar etika organisasi, menjelaskan apakah praktik-praktik
yang diperblehkan dan membahas mengenai dilemma-dilema etis.
4.
Pemberian
imbalan atas tindakan beretika yang tampak dan memberikan hukuman atas tindakan
yang tidak bretika. Menilai para manajer mengenai bagaimana eputusan mereka
yang diukur atas kode etik organisasi. Meninjau sarana demikian pula dengan
tujuan akhir. Memberikan imbalan yang tampak bagi mereka yang bertindak secara
etis dan memberikan hukuman yang mencolok bagi mereka yang bertindak secara
tidak etis.
5.
Menyediakan
mekanisme perlindungan. Menyediakan mekanisme secara formal sehingga para
pekerja dapat membahas dilemma-dilema etis dan melaporkan perilaku yang tidak
etis tanpa ketakutan atau teguran. Hal ini meliputi para penasihat yang beretika,
ombudspeople, atau para pejabat yang beretika.
Menciptakan Budaya
Organisasi Yang Positif
Budaya organisasi yang positif adalah
suatu budaya yang menekankan pada membangun kekuatan pekerja, memberikan
imbalan yang lebih daripada memberikan hukuman, serta menekankan pada vitalitas
dan pertumbuhan dari individu.
a. Membangun
kekuatan pekerja.
Meskipun budaya yang positif tidak mengabaikan permasalahan, hal ini menekankan
untuk memperlihatkan kepada para pekerja bagaimana mereka dapat
mengapitalisasikan kekuatan mereka.Tidakkah lebih baik berada dalam budaya
organisasi yang membantu anda menemukan kekuatan anda dan mempelajari bagaimana
memperbanyak kekuatan tersebut.
b. Memberikan
imbalan yang lebih sering daripada memberikan hukuman. Meskipun sebagian besar organisasi
secara memasai menitik beratkan pada pemberian imbalan secara ekstrinsik
seperti misalnya gaji dan promosi, mereka sering kali lupa dengan kekuatan dari
pemberian yang sederhana dan murah seperti misalnya pujian.
c. Menekankan
pada vitalitas dan pertumbuhan. Tidak ada organisasi yang akan memperoleh hasil terbaik
dari para pekerja yang melihat mereka sendiri hanyalah sebagai roda pada mesin.
Suatu budaya yang positif akan menghargai perbedaan diantara pekerjaan dengan
karier. Ini mendukung bukan hanya apa yang pekerja berikan kontribusi bagi
efektifitas organisasional tetapi bagaimana juga organisasi dapat membuat
unggulan menghargai nilai yang membantu orang untuk bertumbuh.
d. Batasan
dari budaya yang positif. Terdapat
manfaat untuk menetapkan suatu budaya yang positif, tetapi sebuah organisasi
juga perlu untuk menjadi objektif dan tidak mengejar titik selain efektivitas.
F. CARA
KARYAWAN MEMPELAJARI BUDAYA
Berbagai macam cara para karyawan
dalam mempelajari budaya organisasi, yakni:
a. Cerita
Cerita-cerita beredar melalui banyak
organisasi, mengaitkan saat ini dalam masa lalu dan melegitimasi
praktik-praktik saat ini.Mereka umumnya meliputi naratif mengenai para pendiri
organisasi, pelanggaran aturan, keberhasilan dari orang yang miskin menjadi
kaya raya, penurunan dalam tenaga kerja, relokasi dari para pekerja, reaksi
atas kesalahan pada masa lalu, dan penanggulangan organisasional. Para pekerja
juga menciptakan naratif mereka sendiri mengenai bagaimana mereka datang untuk
kesesuaian atauntidak kesesuaian dengan organisasi selama proses sosialisasi,
meliputi hari pertama di tempat kerja, interaksi-interaksi awal dengan orang
lain, serta kesan pertama mengenai kehidupan organisasi.
b.
Ritual
Ritual merupakan urutan secara
repetitif yang mengekspresikan dan menegakkan nilai luhur dari organisasi, yang
mana tujuannya sangat penting, yang mana orang yang penting serta yang mana
yang dapat di habiskan. Salah satu ritual yang terbaik adalah nyanyian dari
perusahaan Walmart yang dimulai oleh pendiri perusahaan, mediang Sam Walton,
sebagai sebagai suatau cara untuk memotivasi tenaga kerjanya. Nyanyian itu
menjadi sebuah ritual untuk mengikat para pekerja bersama-sama dan menegakkan
keyakinan Walton bahwa para pekerja lah yang membuat perusahaan menjadi berhasil.
c.
Simbol
Apa yang melekat pada para pekerja
menegenai siapa yang penting tingkat egaltarianisme keinginan dari manajemen
puncak dan jenis perilaku yang sesuai.
d.
Bahasa
Banyak organisasi dan submit di
dalamnya yang yang menggunakan bahasa
untuk membantu para aanggota untuk mengidentifikasikan dengan budaya,
membuktikan penerimaan mereka akan hal tersebut, dan membantu melestarikannya.
Istilah yang unik yang menggambarkan perlengkapan, para petugas, para individu
utama, para pemasok, para konsumen, atau produk yang terkait dengan bisnis.
Para pekerja yang baru pada pertama kali akan kewalahan dengan akronim dan
jargon, yang ketika diasimilasikan, bertindak sebagai denominator umum untuk
menyatukan para anggota dari suatu budaya tertentu atau subkultur.
G. SPIRITUALITAS
DAN BUDAYA ORGANISASI
Spiritualitas di tempat
kerja adalah menyadari bahwa orang-orang memiliki kehidupan batin yang
memelihara dan dipupuk oleh pekerjaan yang bermanfaat dalam konteks komunitas.
Alasan–alasan terhadap meningkatnya ketertarikan pada
spiritualitas suatu sikap:
a.
Spiritualitas
dapat mengimbangi tekanan dan stress dari kecepatan gejolak dalam kehidupan.
b.
Agama
yang diformalisasikan kadang tidak sesuai dengan beberapa orang, dan mereka
berlanjut untuk mencari jangkar untuk mengganti kurangnya keyakinan dan mengisi
bertumbuhnya perasaan akan kekosongan.
c.
Tuntutan
pekerjaan telah membuat tempat kerja menjadi dominan dalam kehidupan banyak
orang, namun mereka terus menerus menanyakan arti dari pekerjaan.
d.
Orang
ingin memadukan nilai kehidupan pribadinya dengan kehidupan profesionalnya.
e.
Peningkatan
jumlah orang yang menemukan bahwa pengerjaan terhadap harta yang berupa materi
membuat mereka merasa tidak terpenuhi.
Karakteristik Dari Organisasi Yang
Spiritual:
a.
Kebajikan. Nilai dalam organisasi
yang spiritual memperlihatkan kebaikan kepada orang lain dan mempromosikan
kebahagiaan bagi para pekerja dan para pemegang saham bagi organisasional
lainya.
b.
Kesadaran Akan Tujuan Yang
Kuat. Organisasi
yang spiritual membangun budaya mereka di sekitar tujuan yang berarti. Meskipun
keuntungan penting hal tersebut bukanlah nilai utama dari organisasi.
c.
Kepercayaan Dan
Penghormatan.
Organisasi yang spiritual dicirikan dengan rasa saling percaya, kejujuran dan
keterbukaan. Para pekerja diperlakukan dengan penghargaan diri dan nilai, yang
konsisten dengan harga diri dari tiap-tiap individu.
d.
Sifat Berpandangan Terbuka. Organisasi yang spiritual
akan menilai pemikiran yang fleksibel dan kreativitas diantara para pekerja.
Banyak
organisasi telah meningkatkan ketertarikanya akan spiritualitas tetapi memiliki
kesulitan dalam menempatkan prinsip-prinsipnya kedalam praktik pelaksanaan.
Beberapa tipe dari pelaksanaan dapat memfasilitasi suatu tempat kerja yang
spiritual, termasuk mereka yang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dengan
kehidupan.
Kritikan
atas gerakan spiritualitas ditempat kerja menitikberatkan pada tiga
permasalahan.Pertama adalah mempertanyakan mengenai fondasi ilmiah.Apakah
sebenarnya yang dimaksud dengan spiritualitas, kedua apakah organisasi yang
spiritual tersebut sah, dan ketiga mempertanyakan mengenai mengenai ekonomi.
H. IMPLIKASI
MANAJERIAL GLOBAL
Budaya
organisasi sangat ampuh hingga sering kali melampaui batas nasional. Namun
bukan berarti bahwa organisasi harus atau dapat mengabaikan budaya setempat. Maka yang
terpenting bagi para pengelola organisasi adalah bagaimana mencipatakan serta
memelihara suatu budaya organisasi yang kuat dan jelas, karena akan dapat
memandu atau mengarahkan usaha-usaha produktif anggota organisasi dan akhirnya
mampu menghantarkan organisasi secara keseluruhan dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. and
Judge, Timothy A. 2015.Perilaku
Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ardana, Komang. Mujuati, Ni
Wayang. Sriathi, Anak A. 2009. Perilaku
Keorganisasia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wahjono, Sentot I. 2010.Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Zunaidah
dan Budiman, Ardi Novarandi Arif. 2014. Analisis Pengaruh Motivasi dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Business Unit SPBU PT. Putra Kelana Makmur Group Batam). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya Vol.12 No.1.
Widyaningrum,
Mahmudah Enny. 2012. Effects Of Organizational Culture And Ability On Organizational Commitment And Performance In Ibnu Sina Hospital Gresik. Journal Of Savap Academy Research International
ISSN-L 2223-9553, ISSN 2223-9944 Vol.2 No.1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar