PESTA PERUBAHAN
Setiap orang memaknai
setiap perubahan berbeda-beda, ada yang menganggap bahwa perubahan tersebut
merupakan suatu pesta yang harus diterima dan dirayakan dengan suka cita, dan
ada pula yang menganggap bahwa perubahan adalah suatu bencana yang ditakuti dan
ditolak keberadaannya.
Mungkin ada benarnya bahwa
masyarakat tradisional lebih cerdas memaknai perubahan. Bagi mereka, kehidupan
sudah ada yang mengatur dan perubahan adalah alat Sang Pencipta untuk membentuk
kehidupan yang lebih baik agar manisia makin mengenalnya. Bisa kita contohkan,
orang-orang Hindu di Bali ketika terjadi ledakan bom di depan Paddy’s Cafe di
Pantai Legian. Mereka tidak membalasnya dengan amukan, kendati hidup mereka
tiba-tiba berubah menjadi serba sulit. Orang-orang Bali tetap bersyukur dan
menggelar ritual-ritual keagamaan dengan pakaian warna-warni dan musik ritual.
Dengan adanya dua sikap
pernyataan diatas, maka pada bab ini akan membahas dua topik baru, yaitu
bagaimana merancang agar perubahan dijadikan sesuatu yang menyenangkan dan
bagaimana mengatasi dan mengenal pihak-pihak yang enggan datang ke pesta itu
karena resisten terhadap perubahan.
MERANCANG SEBUAH PESTA
Disini diibaratkan bahwa
perubahan adalah suatu pesta. Anda ditunjuk untuk merancang suatu pesta
pernikahan, Anda dituntut untuk memilih jenis pesta seperti apa yang dapat
mempengaruhi suasana pesta tersebut. Pilihan pertama adalah sebuah pesta yang
akrab, saling menyapa, dan tamu merasa krasan di pesta tersebut. Sedangkan yang
kedua adalah pesta resmi, yang datang sekedar untuk menyalami pengantin, makan
sebentar lalu pulang.
Mana yang Anda pilih?
Rancangan
suatu pesta tentu saja tidak bisa lepas dari tujuan yang hendak dicapai dan
siapa audience atau sasarannya. Begitupun merancang sebuah perubahan
harus jelas betul kita memisahkannya, apa tujuan dan siapa sasaranya. Kita
tidak mungkin membuat pesta ke dalam untuk keluarga besar tetapi dengan suasana
untuk kalangan eksternal. Harap diingat bahwa pesta perubahan lebih banyak
ditunjukan ke dalam dan pesta itu sendiri memakan waktu yang panjang.
Untuk merancang sebuah
pesta dibutuhkan TOPI PeSTA, TOPI PeSTA merupakan singkatan untuk menciptakan
suasana pesta yang kita kehendaki, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan/ pesan;
2. Organizer;
3. Peralatan pesta;
4. Informasi;
5. Penghibur;
6. Suasana;
7. Tata tertib;
8. Artistik.
Kedelapan
elemen ini sama pentingnya satu sama lain, sebab tanpa salah satunya ia tidak
layak disebut pesta.
Tujuan/ Pesan yang Ingin
Disampaikan
Tujuan dari pesta ini
adalah menciptakan dukungan untuk suatu perubahan. Dukungan itu akan tampak
pada kebersamaan, penerimaan, keterbukaan, inisiatif, usulan-usulan, semangat
dan antuisme serat daya rekat organisasi.
Organizer
Dalam suatu perencanaan
dibutuhkan suatu team khusus yang merancang suasana dan acara. Ia
mempersiapkan segalanya, mulai dari diagnosa masalah, suasana yang hendak
dihasilkan, dimana saja, siapa saja yang terlibat, apa peralatan yang
dibutuhkan, dan mengapa demikian.
Peralatan Pesta
Dibutuhkan adanya
peralatan-peralatan pendukung seperti layaknya sebuah pesta: emblem, slogan dan
yang lebih penting adalah orang. Orang tersebut haruslah terdiri dari para
pemegang otoritas, mulai dari CEO, CFO. Wakil Presiden, General Manager, sampai
para Manager dan supervisor. Mereka juga perlu membuat
sayembara-sayembara yang dikompetisikan, yang adakalanya bisa melibatkan
keluarga karyawan.
Informasi
Dari semua itu ada satu
yang penting, yaitu penyebaran informasi. Informasi bersifat memberitahu, memberi
semangat, menyortir, dan mendidik. Seorang pemimpin perubahan memimpin dengan
informasi. Dengan adanya informasi maka dapat dijadikan suatu acuan
langlah-langkah mana yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Informasi yang
disampaikan harus bersifat mengajak dan bukan perintah.
Penghibur
Suatu pesta memerlukan
suatu penghibur. Dalam suatu pesta penghibur bertujuan agar para tamu yang
datang bisa terhibur dan senang dengan pesta tersebut. Begitu pula dengan suatu
perubahan, penghibur ini bertujuan untuk memberikan kesan yang kuat terhadap
perubahan yang terjadi.
Suasana
Untuk menjamin agar semua
orang meras terundang dalam pesta tersebut, kita harus mampu menciptakan
suasana yang menyenangkan. Atmosfer ini bisa bersifat fisik ( apa yang
dirasakan, didengar, diucapkan, dilihat), tetapi juga kultural (bahasa tubuh,
slogan, cerita, dan sebagainya).
Tata Tertib
Untuk menjadikan perubahan
sebagai sebuah pesta dibutuhkan tata tertib yang dimengerti disepakati semua
pihak.
Artistik
Sebuah pesta harus menarik
dan arstistik. Tidak boleh sekedar asal jadi atau menjalankan target. Maka
buatlah tema-tema yang mengugah dan artistik.pesta itu sendiri merupakan suatu
alat. Yaitu, alat untuk membuat perubahan menjadi lebih menarik dan
menyenangkan. Untuk membuat perubahn itu berhasil, tentu saja pemimpin perubahn
tidak semata-mata mengedepankan pesta itu sendiri. Ada tujuh hal pokok yang
perlu diperhatikan sebagai “core” dalam pesta perubahn yang akan dibahas
berikut ini.
THE SEVEN ESSENTIALS OF
ENCOURAGING
Kouzes & Posner (2003)
memperkenalkan tujuh kunci utama untuk merangsang perubahan. Ketujuh kunci
utama itu disebut sebagi The Seven Essentials of Encouraging, terdiri
atas
·
Standar yang jelas
·
Standar yang sempurna
·
Perhatian
·
Personalisasi penghargaan
·
Rayakan keberhasilan bersama-sama
·
Berikan cerita
·
Berikan contoh
Mari
kita bahas satu persatu berikut ini:
Tetapkan Standar yang Jelas
Supaya berhasil dalam
menggerakan perasaan, sangat mutlak dibutuhkan kesamaan visi tentang standar
yang harus dicapai. Standar itu bisa berupa sasaran, nilai-nilai, atau pun
prinsip-prinsip.
Dengan mengumumkan standar
yang jelas dan dimengerti semua orang, dan dengan mengaitkan prestasi dengan
standar itu, para pemimpin menciptaka sebuah patokan untuk berprestrasi.
Syaratnya, standar itui harus merangsang, menimbulkan aspirasi,
dorongan-dorongan untuk pencapaian, dan merupakan sebuah standar yang menuju
kepada sebuah kesempurnaan.
Harapan Kesempurnaan
Sebuah pesta perubahn akan
berjalan menyenangkan apabila pemimpin memiliki keyakinan kuat bahwa para
pengikutnya mau dan mampu mengerakan seluruh kekuatan. Dengan kata lain, harus
ada asumsi bahwa apa pun peranan yang disandang oleh setiap orang, ada
kepercayaan bahwa manusia dapat mencapai standar tinggi yang telah ditetapkan.
Berikan Perhatian
Pemimpin yang perhatian
akan dikenal sebagai atasan yang bersahabat dan mengenal masalah-masalah para
stafnya dengan jelas. Pemimpin memberikan perhatian seperti melakukan kunjungan
rutin pada stafnya maka tidak ada lagi rasa takut dan curiga.
Personalisasi Pengakuan
Pengakuan atau penghargaan
perlu diberikan untuk “mengingatkan kembali” atau sebuah upaya untuk meneguhkan
seseorang. Pimpinan harus mengenali betul personal orang yang akan diberikan
penghargaan. Dengan begitu pemimpin dapat memberikan penghargaan secara lebih
special dan penuh makna (memorable).
Rayakan Keberhasilan
Bersama
Setiap keberhasilan harus
dirayakan. Perayaan tidak harus berupa pesta mewah. Di sinilah kita berbagi
dengan sekelompok orang-orang yang berjasa dan layak diberi penghargaan.
Berikan Cerita
Perubahan akan semakin
indah bila dilengkapi dengan cerita-cerita yang akan menggerakkan tindakan,
menyentuh manusia, mengajarkan sesuatu, dan menimbulkan daya ingat yang kuat.
Cerita dapt diberikan lewat seminar, pidato pimpinan, media massa, dsb.
Memberikan Contoh
Ketika pimpinan memberikan
contoh maka bawahan dan para pengikutnya akan melakukan sesuatu tanpa beban.
Karena mereka tahu pemimpinnya dapat ditiru, dan sebuah perlakuan yang adil
sedang terjadi.
MENCIPTAKAN ATMOSFER UNTUK
PERUBAHAN
Dalam menciptakan perubahan
Anda perlu menciptakan atmosfer kondusif yang membuat semua orang bergerak
beriringan dan melakukan perubahan dengan senang hati. Sebab, pada dasarnya
bukan keengganan terhadap perubahan yang ada di manusia, melainkan
ketidaknyamanan “diubah”.
Hal-hal yang perlu
dipersiapkan untuk menciptakan perubahan :
1. Gunakan Bahasa Tubuh yang
Bersahabat
Bahasa tubuh yang bersahabat akan sangat membantu orang-orang
merasa nyaman berada di sekitar Anda. Wibawa Anda akan sangat ditentukan oleh
bagaimana Anda menata bahasa tubuh Anda dengan baik.
2. Gunakan Simbol-simbol
Perubahan
Manusia berkomunikasi dengan symbol-simbol. Manusia dapat
memahami simbo-simbol itu dengan baik, dan semakin tinggi tingkat yang dicapai
seseorang, akan semakin simbolik komunikasinya. Contohnya seperti Ir. Soekarno
menggunakan peci hitam dan seragam putih, tapi dilengkapi dengan
bintang-bintang jasa dan tongkat komando untuk menyampaikan bahwa ialah
panglima revolusi. Pendekatan budaya ini, kalau dilakukan dengan baik, dapat
menciptakan atmosfer perubahan yang efektif.
3. Gunakan pihak ketiga yang
mereka sukai dan hormati
Orang-orang ketiga yang kredibel,
punya keahlian khusus, jujur, dikenal luas, dan enak dilihat, dapat digunakan
atau dimintakan bantuannya untuk mencairkan suasana. Orang-orang yang selama
ini mereka kenal lewat media massa akan menimbulkan kekaguman, asalkan
betul-betul ahli dan tidak berbicara bias. Ucapan-ucapan mereka biasanya jauh
lebih didengar daripada diucapkan oleh orang dalam. Orang luar yang independen
dan kredibel dianggap tak punya conflicting of interest. Suasana yang
tercipta harus relaks dan menyenangkan agar semua pihak dapat menerimanya
dengan pikiran yang bersih dan bersahabat.
4. Berikan pelatihan lintas sektoral
Kemampuan untuk berubah akan sangat
ditentukan oleh input yang mereka miliki. Pelatihan adalah alat yang bagus
untuk mengisi kepala para pengikut, apalagi bila diberikan secara lintas
sektoral sehingga mereka paham apa yang terjadi di divisi/unit bisnis lainnya.
5. Kirim mereka keluar
Pada dasarnya, manusia memang senang
diajak jalan-jalan. Dengan melihat hal-hal baru yang terjadi di luar, sikap
seseotang bisa menjadi lebih positif. “perkawinan pemikiran” dengan dunia luar
diyakini akan membuat cara seseorang melihat persoalan lebih baik. Dengan
melihat hal-hal yang terjadi di luar lingkungan mereka sehari-hari, mereka akan
berefleksi yaitu bercermin betapa tertinggalnya mereka kalau tidak berubah.
6. Temukan kehebatan bawahan
Kita membuka kuping lebar-lebar untuk
mencari kehebatan-kehebatan atau karya-karya luar biasa yang dilakukan kolega,
anak buah atau bawahan-bawahan kita. Tapi cobalah memberikan penghargaan
terhadap hal-hal yang kita anggap biasa saja. Pasti mereka akan lebih
bersemangat memberikan yang lebih baik lagi.
7. Ganti bagian-bagian tertentu
Mulailah perubahan dengan mengganti
bagian-bagian fisik tertentu dalam perusahaan. Atmosfer baru ini harus diikuti
langkah-langkah yang jelas serta visi yang dimengerti oleh semua pihak. Ruangan
baru menuntut cara-cara baru dalam bekerja. Jangan malas untuk melakukan
inspeksi yang bersahabat sambil menyalami, mendengarkan, berdialog, makan
bersama dan mendampingi mereka. Tapi yang lebih penting lagi adalah perubahan
harus segera digelindingkan.
8. Tumbuhkan kepercayaan
Perubahan pasti menimbulkan
kecurigaan-kecurigaan. Maka sedari awal bekerjalah dengan kepercayaan. Jangan
bangun sikap “angker” dan berjarak. Semakin besar kepercayaan akan semakin
besar pula kemungkinan untuk tercipta perubahan.
Kepercayaan harus ditumbuhkan, ia
bukan sesuatu yang dapat diperoleh secara cuma-cuma. Semakin sering anda
mengunjungi mereka, akan semakin besar rasa percaya di antara mereka.
Kepercayaan adalah fungsi dari waktu, yaitu berapa banyak waktu yang anda
berikan. Semakin banyak waktu yang anda berikan, anda akan dinilai semakin
peduli. Semakin peduli artinya semakin dipercaya.
9. Berikan “Ownership” perubahan pada mereka
Perubahan memang agenda penting anda,
tetapi ia tidak akan pernah berhasil dengan baik bila hanya menjadi milik anda
sepenuhnya. Maka berikan atau alihkan kepemilikan (ownership) perubahan
itu dari tangan anda, lalu kepada seluruh karyawan. Jangan segan-segan
melakukannya berkali-kali. Alihkan kepemilikan lewat berbagai pertemuan rutin
dan berikan mereka inisiatif untuk memeloporinya. Sekali lagi ingatlah, bukan
keengganan untuk berubah yang ada pada manusia, melainkan keengganan untuk
“diubah”.
10. Tunjukkan bahwa perubahan menguntungkan semua pihak
Pemimpin harus mampu menunjukkan pada
semua bawahannya bahwa perubahan itu, kalau berhasil, akan sangat bermanfaat
bagi mereka semua. Jangan hanya menggunakan perspektif perusahaan atau alasan,
melainkan gunakan perspektif bersama. Jangan menggunakan kalimat perintah satu
arah, tetapi selalu berikan “alasan-alasan kebersamaan” sebagai dasar suatu
ketentuan.
Dengan prinsip ini maka sebagai timbal
balik perusahaan harus rela memberikan “bahan bakar” senyuman kepada karyawan
berupa bonus atau penghargaan-penghargaan lainnya bila perubahan mulai
membuahkan hasil. Karena perubahan adalah milik bersama maka mereka pun berhak
menikmatinya bersama-sama pula.
11. Lakukan pertemuan rutin
Pertemuan yang dirancang secara rutin,
efektif, dan menyenangkan dapat memperlancar arus perubahan. Dalam
pertemuan-pertemuan tersebut dapat segera diperoleh informasi, serta diambil
keputusan-keputusan yang harus segera ditindaklanjuti. Dengan berorientasi pada
informasi dan keputusan, perubahan dapat lebih terkendali. Namun demikian,
pertemuan rutin harus dibatasi waktunya, tidak boleh dilakukan secara tanpa
batas, atau berlangsung terlalu sering yang dapat menimbulkan
kejenuhan-kejenuhan. Manusia pada dasarnya mengalami resistensi pada perubahan.
Mengapa manusia enggan
berubah?
Ada
banyak alasan mengapa program-program manajemen perubahan tidak dapat berjalan
seperti yang diharapkan. Salah satunya adalah besarnya keengganan pada manusia
untuk mengadopsi sesuatu yang baru.
Kalau
manfaatnya lebih besar, mengapa enggan mengadopsinya? Ternyata mereka takut
kehilangan kenikmatan-kenikmatan lain yang secara emosional telah menemani
mereka bertahun-tahun. Mereka telah dikendalikan oleh habit atau
kebiasaan. Siapapun yang telah dikendalikan oleh habit akan kesulitan
mengubahnya.
1. Perubahan Itu Bukan Datang
dari Diri Orang Tersebut
Dalam mengarungi kehidupan, manusia
cenderung ingin mengendalikan hidupnya. Manusia akan selalu mencari inisiatif
dan hal- hal baru. Tetapi, apabila ada gagasan perubahan dari orang lain,
biasanya penerima akan menjadi pasif dean merasa tak tertarik.
Pemimpin yang bijak akan
mengkoordinasi pengikutnya agar lebih aktif dalam mengajukan gagasan agar lebih
bersemangat lagi.
2. Gangguan terhadap Rutinitas
Hidup kita pada dasarnya menciptakan
rutinitas. Rutinitas yang berulang- ulang akhirnya akan menciptakan kebiasaan.
Oleh karena itu apabila ada perubahan yang datang tentunya akan mengancam
kebiasaan- kebiasaan kita. Oleh karena itu ada dua hal yang sangat diperlukan
dalam menghadapi perubahan. Pertama, bagaimana kita dapat membuang kebiasaan- kebiasaan
lama dan, kedua kita harus bisabelajar tentang hal- hal baru.
3. Perubahan Menimbulkan
Ketakutan- ketakutan terhadap Sesuatu yang Baru
Biasanya kita lebih mementingkan
masalah- masalah yang telah lalu tanpa mempertimbangkan solusi- solusi yang
harus dicapai. Padahal untuk menghadapi perubahan yang terjadi, adakalanya kita
harus meruntuhkan bangunan yang telah lama dan menggantinya dengan bangunan
baru, tetapi kebanyakan orang hanya merenovasi bangunan tersebut agar terlihat
lebih baik. Dalam arti sebenarnya, seharusnya kita dapat melihat hal- hal baru
dan mencari solusi tanpa melihat masalah yang telah lalu. Melihat masa lalu
hanya oleh dilakukan apabila ada alasan- alasan tertentu.
4. Tujuan Perubahan Tidak
Jelas
Dalam melakukan perubahan, harus ada
visi yang jelas dari perubahan tersebut. Dan kita juga harus mampu menjelaskan
visi tersebut kepada orang lain sehingga orang lain mengerti apa tujuan dari
perubahan yang dilakukan.
5. Perubahan Menimbulkan Rasa
Takut Kegagalan
Ada dua tipe manusia. Yang pertama adalah
orang- orang yang sangat menhindari perubahan karena takut akan kegagalan. Dan
kedua adalah orang- orang yang cenderung berani menghadapi kegagalan. Tipe
manusia pertama akan menghambat terjadinya perubahan karena selalu dibayang-
bayangi akan kegagalan dalam melakukan perubahan.
6. Pengorbanan yang Diberikan
Terlalu Besar
Pengorbanan bukanlah cerminan dari apa
yang terjadi, melainkan cerminan dari apa yang dipikirkan seseorang. Jadi
persepsi tentang perubahanlah yang membentuk pandangan seseorang. Manusia
terkadang enggan menerima perubahan karena menganggap pengorbanan yang
diberikan terlalu besar dan manfaatnya tidak terlalu besar. Manusia selalu
menimbang antara pengorbanan dan manfaat yang akan diterima. Oleh karena itu,
untuk melakukan perubahan harus ada keyakinan bahwa manfaat yang diterima lebih
besar dari pengorbanan yang diberikan.
7. Sudah Sangat Puas dengan
Kondisi Sekarang
Suatu ketika manusia akan
mengalami zona kenyamanan (comfort zone) dan memeluk erat-erat selimut
kenyamanannya. Kebanyakan kita lebih memilih untuk mati daripada berubah.
Selama manusia sudah merasa puas dan nyaman, perubahan akan sulit diwujudkan.
Dan orang-orang yang melakukan perubahan akan dihadapkan dengan berbagai
halangan.
8. Pikiran-pikiran
Negatif
Perubahan tentu saja akan
sulit dilakukan selama orang-orang punya pikiran negative. Orang-orang yang
berpikiran negative akan selalu mencari argumentasi bahwa perubahan yang
dilakukan salah dan menyimpang. Tetapi hokum alam megatakan, mereka yang tidak
mau berubah akan menuai kesulitannya sendiri.
9. Para Pengikut Tak
Punya Respek pada Pimpinan
Orang-orang Asia umumnya
melihat pemimpin bukan sekadar dari isinya, melainkan juga “cara”nya. Pengikut
bisa sangat tidak respek pada atasannya karena beberapa hal. Biasanya pimpinan
yang bekerja tanpa integritas akan gagal melakukan perubahan. Karena tanpa
integritas, seorang pemimpin tak akan dituruti.
10. Kecemasan Seorang
Atasan
Banyak kegagalan organisasi
yang disebabkan oleh persoalan di lini atas, yaitu atasan-atasan yang tidak kompak,
saling menyalahkan, dan cemas terhadap perubahan yang telah mereka canangkan
sendiri.
11. Perubahan Bisa
Berarti Kehilangan Sesuatu
Dalam setiap perubahan,
orang selalu menimbang-nimbang apa yang akan terjadi pada hidup pribadinya.
Setidaknya ada tiga kelompok yang berbeda dalam menerima akibatnya. (1) mereka
yang dirugikan; (2) mereka tidak banyak terpengaruh; (3) mereka yang akan
banyak diuntungkan. Maka sekecil apapun, cobalah menghindari
perlakuan-perlakuan kurang adil dalam perubahan.
12. Perubahan Menuntut
Tambahan Komitmen
Dalam banyak hal, perubahan
menuntut komitmen waktu. Banyak orang memimpikan perubahan, tetapi begitu
mereka tenggelam pada rutinitas dan merasa tak punya waktu lebih banyak lagi
maka mereka memilih untuk tidak melakukannya.
13. Berpikir Sempit
Orang-orang yang berpikiran
sempit tak bisa melihat kebenaran. Mereka hanya memercayai jalan pikirannya
sendiri. Orang-orang yang berpikiran sempit akan selalu menciptakan
halangan-halangan untuk perubahan dengan alas an untuk kebaikan menurut versi
mereka sendiri. Ada dua tipe yang berwawasan sempit yaitu : mereka yang
berwawasan sempit namun jujur dan tidak jahat, dan mereka yang berwawasan namun
tidak jujur, berprasangka negative dan tidak menyenangkan.
14. Terperangkap Tradisi
Tradisi sesungguhnya
diciptakan untuk kepentingan manusia agar hidup lebih bahagia, aman, damai, dan
sentosa. Tetapi waktu berjalan terus dan persoalan-persoalan hidup yang dialami
manusia mengalami perubahan. Orang-orang yang terikat tradisi tersebut biasanya
enggan meneruskan kerja. Mereka akan memberikan seribu satu alasan, mulai dari
alas an yang masuk akal sampai alasan-alasan gaib yang menakutkan. Manusia yang
terikat tradisi bisa sangat sulit untuk berubah, dan tentu saja mereka akan
menuai kesulitannya sendiri.
PENUTUP
Seorang pemimpin harus
dapat membuat agar perubahan benar-benar menjadi sebuah pesta ketimbang sesuatu
yang menakutkan. Oleh karena itu, tentu saja pemimpin harus mengerti betul
mengapa manusia pada dasarnya enggan berubah. Pemimpin perlu menetapkan sasaran
dan standar yang jelas, mengharapkan standar yang sempurna dan inspiratif,
memberikan perhatian, mempersonalisasi pengakuan secara customized ,
memberikan contoh-contoh dan cerita, serta merayakan keberhasilan bersama-sama.
Lebih dari itu semua, diperlukan upaya-upaya untuk menciptakan suasana yang
sejuk dan bersemangat untuk menciptakan perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar